IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ‘babak belur’ hingga terlempar dari level psikologis 7.000. Sentimen soal inflasi dan suku bunga tinggi yang berujung ke risiko resesi serta pelemahan rupiah terus menghantui IHSG.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.24 WIB, IHSG turun 0,55 persen ke posisi 6.777,39. Pada sekitar 09.15 WIB, IHSG bahkan sempat menyentuh 6.747,38, level terendah sejam medio Juli lalu.
Investor asing masih melakukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp756,71 miliar di pasar reguler dalam sepekan terakhir. Dalam sebulan, asing juga membukukan net sell Rp7,80 triliun di pasar reguler.
Saham-saham utama (big cap) menjadi sasaran jual asing dalam sebulan belakangan.
Saham bank kakap, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan net sell asing sebulan sebesar Rp1,9 triliun. Kaburnya asing tersebut turut berkorelasi positif dengan penurunan harga saham BBRI yang sebesar 6,13 persen dalam sebulan.
Setali tiga uang, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga dilego asing hingga Rp1,7 triliun dan harga sahamnya pun menyusut 4,34 persen dalam sebulan belakangan.
Duo emiten blue chip lainnya, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) masing-masing mencatatkan net sell Rp1,6 triliun dan Rp1,4 triliun di pasar reguler dalam 30 hari terakhir.
Harga saham TLKM anjlok 5,11 persen dan ASII ‘nyungsep’ 10,88 persen dalam sebulan.
Saham emiten e-commerce raksasa PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga sudah anjlok 14,05 persen, turut menekan IHSG.
Ke mana arah IHSG selanjutnya?
Analis sekaligus VP di Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih menjelaskan, IHSG saat ini sudah di area demand atau support di rentang 6.750-6.700 dan berpotensi tertahan dan melakukan konsolidasi terlebih dahulu.
Area tersebut, kata Alfatih, juga merupakan gap yang muncul di medio Juli 2022. Dalam khasanah literatur analisis teknikal, gap yang tampak dalam chart diyakini cenderung akan tertutup dalam jangka waktu tertentu.
Asal tahu saja, gap adalah area kosong pada grafik teknikal akibat harga suatu aset (saham, misalnya) tiba-tiba melonjak lebih tinggi atau lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.
“Kemungkinan indeks ada tertahan dan konsolidasi di kisaran 6700-6900, sebelum memberikan sinyal arah pergerakan selanjutnya,” kata Alfatih saat dihubungi IDXChannel, Senin (17/10/2022).
Grafik Teknikal IHSG Harian
Sumber: Tradingview (diolah Tim Riset IDXChannel), Oktober 2022
Sementara, analis dan Chief Executive Officer (CEO) PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menjelaskan, gelombang tekanan dalam pola pergerakan IHSF masih terlihat cukup besar.
“Hal ini disertai oleh masih tercatatnya gelombang capital outflow (keluarnya dana asing) yang terjadi selama pekan lalu serta terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah,” kata William Surya dalam risetnya.
Informasi sekilas, nilai tukar rupiah saat ini berada di Rp15.472/USD, melemah 0,29 persen tinimbang Jumat pekan lalu. Sepanjang 2022 (ytd), rupiah sudah melemah 8,48 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Namun, kata William, jelang rilis data perekonomian, soal neraca dagang pada hari ini yang diprediksi masih dalam kondisi stabil akan turut mewarnai pergerakan IHSG.
Potensi kenaikan IHSG, lanjut William, dalam jangka menengah-panjang masih terlihat sehingga momentum tekanan masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian saham-saham dengan fundamental kuat dan likuid.
IHSG pada awal pekan ini, tulis William, akan terkonsolidasi di rentang 6.789-6.945. (ADF)