sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Diprediksi Menghijau di Pekan Pertama Maret, Ini Faktor-faktornya

Market news editor Yulistyo Pratomo
01/03/2021 10:15 WIB
Mengawali pekan pertama di bulan Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghijau.
IHSG Diprediksi Menghijau di Pekan Pertama Maret, Ini Faktor-faktornya
IHSG Diprediksi Menghijau di Pekan Pertama Maret, Ini Faktor-faktornya

IDXChannel - Mengawali pekan pertama di bulan Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghijau. Pada akhir Februari lalu, sempat berada di zona merah di angka 6.241. 

Namun, dalam sepekan kemarin, secara keseluruhan IHSG naik 0,16 persen. Sebelumnya, indeks berada di level 6.231,932.

Analis yang juga Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, yakin IHSG akan terus menghijau pada pekan ini. Menurutnya, ada tujuh faktor penyebab IHSG tetap berada di posisi tersebut.

Pertama, mengenai berita utama pasar keuangan dunia adalah naiknya yield obligasi pemerintah USA jangka Panjang. Untuk tenor 10 tahun Yield sempat naik melewati level 1,6 persen. Ini adalah yield tertinggi dalam lebih dari 1 tahun terakhir.

Meski pada perdagangan akhir pekan yield obligasi pemerintah USA tenor 10 tahun terpantau mulai turun, tetapi posisi yield tersebut masih tetap berada di atas level 1,5 persen. Lonjakan yield tersebut didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inflasi naik akibat sentimen program vaksinasi virus covid.

"Selain itu potensi pengesahan stimulus stimulus fiskal jumbo USA berpotensi mendorong pemulihan ekonomi. Stimulus besar juga meningkatkan defisit anggaran yang akhirnya mendorong penerbitan surat hutang baru dengan yield yang lebih tinggi. Bila yield government bond USA masih terus naik, kemungkinan besar pasar saham dunia masih akan terus terkoreksi," jelas Hans.

Kedua soal kenaikan yield obligasi pemerintah USA tenor 10 tahun memberikan tekanan pada ekonomi karena digunakan menjadi patokan untuk suku bunga hipotek dan pinjaman mobil. Kenaikan yield ini juga menempatkan imbal hasil acuan US Treasury berada di atas dividen yield saham-saham di dalam indeks S&P 500. 

"Hal inilah yang memicu aksi jual invsetor terhadap saham-saham khususnya di saham-saham sektor teknologi yang lebih diuntungkan dengan kondisi suku bunga rendah. Sektor teknologi selama ini mengandalkan pinjaman murah untuk mendorong pertumbuhan. Sedangkan sektor yang diuntungkan karena pembukaan Kembali ekonomi mengalami kenaikan, yakni sektor energi, industry serta keuangan."

Ketiga, Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, yang mengesampingkan ancaman inflasi dan mengatakan dibutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk mencapai target inflasi bank sentral secara konsisten. Dalam kesaksian di depan Komite Jasa Keuangan DPR, Powell mengatakan inflasi diperkirakan akan berubah-ubah setelah ekonomi dibuka kembali akibat peningkatan permintaan. 

Keempat dari program vaksin USA terlihat sukes setelah diperkirakan Kawasan tersebut diperkirakan mendapatkan kekebalan kawasan pada musim semi atau musim panas tahun ini. Artinya sekitar bulan Maret atau Juni hal ini sudah terjadi.

Kekebalan kawasan terbentuk ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap virus, sehingga virus sulit menyebar. Hal ini dapat terjadi baik karena orang telah divaksinasi atau telah terinfeksi dan terbentuk antibodi untuk menangkal infeksi baru. Pejabat kesehatan masyarakat memperkirakan lebih dari 70 persen populasi perlu divaksinasi untuk mencapai kekebalan kawasan. Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), lebih dari 68 juta dosis vaksin virus korona telah diberikan di seluruh negeri saat ini. 

Kelima, bank sentral di Kawasan Asia hingga Eropa meningkatkan upayanya untuk menenangkan kepanikan pasar setelah Yield US Treasury naik ke level tertinggi dalam setahun. Bank sentral akan merespon kenaikan ini dengan campuran kebijakan pembelian surat utang dan rencana intervensi.

Hal ini tidak terlepas dari mulai naiknya imbal hasil obligasi beberapa negara di Kawasan Eropa akibat kenaikan yield obligasi pemerintah USA. Kenaikan suku bunga jangka panjang yang terlalu cepat pada awal pemulihan ekonomi, bahkan jika kenaikan itu mencerminkan prospek pertumbuhan yang membaik, bisa menyebabkan penarikan dukungan terhadap kebijakan yang longar. Hal ini bila terjadi terlalu dini dan secara tiba-tiba dapat menganggu pemulihan ekonomi yang masih sangat rapuh. 

Keenam, ekonomi Indonesia diharapkan mulai pulih di kuartal 1 2021 setelah penurunan suku bunga dan beberapa stimulus dilakukan. Konsumsi rumah tangga menyumbang 57,7 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) pada 2020 juga diperkirakan akan pulih di tahun 2021. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan menunjukkan perbaikan seiring pemerintah menggelontorkan program perlindungan sosial dalam PEN.

Program PEN 2021 mencapai Rp699,43 triliun atau naik 21 persen dari realisasi sementara 2020 mencapai Rp579,78 triliun. Alokasi anggaran ini untuk perlindungan sosial sebesar Rp157,41 triliun, kesehatan Rp176,30 triliun, dukungan UMKM dan korporasi Rp186,81 triliun, insentif usaha Rp53,86 triliun, program prioritas Rp125,06 triliun.

"Melihat masih naiknya tren yield government bond USA dan terkoreksi Sebagian pasar saham global membuat kami perkirakan IHSG masih berpotensi terkoreksi. Adapun level support IHSG ada di level 6,173 sampai 6,018 dan resistance di level 6,302 sampai 6,350," tutupnya. (TYO)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement