IHSG Fluktuatif, Asing 'Kabur' Empat Hari Beruntun, Ada Apa?

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif dengan kecenderungan turun tipis pagi ini, Rabu (22/6/2022). Di tengah pergerakan IHSG, investor asing kembali melego saham-saham di bursa Tanah Air.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.37 WIB, IHSG turun tipis 0,15% 7.034,01 dengan nilai transaksi Rp3,91 triliun dan volume perdagangan 6,49 miliar saham. Kemarin IHSG ditutup melesat 0,97%.
IHSG Hari Ini Berpotensi Menguat ke 7.074
Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) untuk kali keempat beruntun pagi ini, dengan nilai Rp103,71 miliar di pasar reguler. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi yang paling dilego asing hingga Rp30,4 miliar di pasar reguler.
Pada Jumat pekan lalu (17/6), asing melakukan penjualan bersih dengan nilai jumbo sebesar Rp1,2 triliun di pasar reguler.
Aksi ini kembali dilakukan pada kemarin, Senin (20/6), yang sebesar Rp842,84 miliar.
Kemudian pada Selasa kemarin (21/6), asing kembali keluar dari bursa saham RI dengan nilai net sell Rp354,64 miliar di pasar reguler.
Alhasil, dalam sepekan investor asing sudah membukukan jual bersih mencapai Rp2,20 triliun di pasar reguler.
Arah investor asing setidaknya sejak Jumat pekan lalu cenderung berbeda dengan periode sebelumnya.
Tengok saja, dalam sebulan terakhir asing masih membukukan beli bersih Rp4,18 triliun di pasar reguler.
Bahkan, sejak awal Januari lalu (ytd), asing melakukan beli bersih hingga Rp55,57 triliun, seiring dengan melesatnya IHSG 7,01% ytd (terbaik di kawasan Asia-Pasifik).
Asing Menakar Efek Agresif Bank Sentral?
Efek sisaan dari sentimen suku bunga The Fed dan bank sentral dunia lainnya, terutama eropa, tentu sedikit banyak masih menjadi perhatian investor sepekan ini.
Bank sentral yang menjadi acuan global, The Fed, menaikkan suku bunga acuan 0,75% pada minggu lalu, yang terbesar sejak 1994. The Fed pun masih akan melanjutkan kebijakan pengetatan moneter ke depan demi menjinakkan inflasi.
Harga yang harus dibayar dari aksi agresif kerek bunga tersebut salah satunya merosotnya pasar saham Paman Sam, Wall Street.
Minggu ini,tepatnya Rabu malam nanti waktu Indonesia, investor global kembali akan menyimak pidato Jerome Powell di hadapan Kongres AS. Powell diprediksi masih akan kekeuh terhadap aksi ‘galaknya’ menaikkanya suku bunga sampai inflasi berhasil dikendalikan.
Selain pasar modal, dampak kenaikan suku bunga The Fed tersebut turut membuat ekonom khawatir bahwa The Fed sulit untuk ‘mendarat dengan mulus’ untuk menurunkan inflasi. Dengan kata lain, ada kekhawatiran terhadap resesi alias perlambatan ekonomi AS.
Ekonom global Bank of Amerika Ethan Harris, misalnya sebagaimana dikutip CNBC International, Jumat (17/6), menggambarkan ekonomi AS sedikit lagi menuju resesi.
“Kami melihat pertumbuhan PDB akan melambat hingga hampir nol, inflasi menetap di sekitar 3% dan The Fed menaikkan suku di atas 4%," jelas Harris.
Tidak hanya Harris, ekonom yang terlihat lebih optimis seperti Michael Ferolli dari JPMOrgan juga bilang, ‘pendaratan’ a la The Fed akan agak mengguncang.
"Model kami menunjukkan kemungkinan resesi sebesar 63% selama dua tahun ke depan dan peluang mencapai 81% bahwa resesi dimulai selama tiga tahun ke depan,” kata Ferolli.
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan menunggu keputusan suku bunga acuan a la BI pada Kamis (23/6). Ekonom yang dihimpun Tradingeconomics memprediksi, BI akan menaikkan suku bunga menjadi 3,75% dari bulan sebelumnya 3,50%.
BI sendiri sudah menahan suku bunga acuan selama 15 bulan beruntun. Suku bunga 3,5% sendiri adalah yang terendah sepanjang sejarah RI.
Informasi saja, secara tahunan, inflasi Mei 2022 tercatat 3,55% (yoy), atau lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,47% (yoy). Target inflasi BI sendiri berada di kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. (ADF)