sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Hijau saat Bursa Global Merah, Saham Konglomerat Jadi Penopang

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
04/09/2024 10:49 WIB
Sejumlah saham konglomerat menjadi penopang (movers) bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam lanjutan sesi I, Rabu (4/9/2024).
IHSG Hijau saat Bursa Global Merah, Saham Konglomerat Jadi Penopang. (Foto: Freepik)
IHSG Hijau saat Bursa Global Merah, Saham Konglomerat Jadi Penopang. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham konglomerat menjadi penopang (movers) bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam lanjutan sesi I, Rabu (4/9/2024), saat bursa global memerah.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.33 WIB, IHSG naik 0,47 persen ke 7.652, rebound dari koreksi hingga 7.546 di awal perdagangan Rabu.

Sebanyak 229 saham menguat, 307 saham melemah, dan 239 sisanya stagnan.

Saham geotermal Prajogo Pangestu, yang notabene penguasa indeks saat ini, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) naik tajam 6,10 persen. Dalam sebulan, BREN sudah melambung 32,52 persen.

BREN masih menduduki posisi emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) tertinggi di bursa, sebesar Rp1.458,27 triliun, di atas bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi kedua dengan valuasi Rp1.263,57 triliun.

Saham BBCA juga naik 0,74 persen pagi ini. Saham bank besar lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terapresiasi 0,71 persen.

Selain BREN, saham Prajogo yang memiliki market cap jumbo lainnya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) meningkat 0,26 persen, sedangkan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) bertumbuh 2,54 persen dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 0,90 persen.

Saham Grup Sinarmas, dengan market cap Rp320 triliun, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) tumbuh 0,42 persen.

Saham milik pengusaha kenamaan Aguan dan Grup Salim, emiten properti PT Pantai Indah Kapuk Tbk (PANI), yang memiliki market cap Rp129,16 triliun, juga semringah, naik 4,08 persen.

Tidak hanya itu, saham raksasa batu bara milik kongsi Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan rekan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga menghijau 0,28 persen.

Bursa Asia dan Wall Street Tumbang

Bursa saham Asia turun signifikan di awal perdagangan Rabu (4/9/2024), di tengah aksi jual besar-besaran saham teknologi di Wall Street dan kekhawatiran soal pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong investor keluar dari aset berisiko.

Menurut data pasar, pukul 09.18 WIB, Indeks Nikkei Jepang melemah 3,43 persen, Topix Jepang terkoreksi 2,71 persen, Kospi Korea Selatan tergerus 2,19 persen.

Kemudian, Hang Seng Index Hong Kong berkurang 1,67 persen, Shanghai Composite Index turun 0,65 persen, Straits Times Index Singapuran minus 1,68 persen, dan ASX 200 Australia terdepresiasi 1.78 persen.

Sementara indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 1,6 persen di awal perdagangan.

September secara historis adalah bulan yang buruk bagi saham, meskipun para analis menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan penurunan ini, termasuk data manufaktur AS yang lemah.

Wall Street ditutup turun tajam semalam setelah AS kembali dari libur awal pekan, dengan saham Nvidia, perusahaan yang populer di sektor kecerdasan buatan, jatuh hampir 10 persen karena investor mulai mengurangi antusiasme terhadap teknologi tersebut.

"Sentimen untuk mengurangi risiko dalam portofolio terlihat di semua area pasar modal setelah AS kembali beraktivitas usai libur Hari Buruh," kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone.

"Kekhawatiran tentang pertumbuhan menjadi tema utama hari ini, dengan aset sensitif siklus terpukul dan aksi lindung nilai dilakukan secara agresif."

Semalam, indeks Dow Jones memerah 1,51 persen, S&P 500 Index terkoreksi 2,12 persen, dan Nasdaq yang sarat saham teknologi jatuh 3,26 persen.

Futures saham AS memperpanjang penurunan pada Rabu, dengan futures S&P 500 turun 0,5 persen, sementara futures Nasdaq merosot 0,75 persen.

Futures EUROSTOXX 50 merosot lebih dari 1 persen dan futures FTSE London turun 0,73 persen.

"Banyak faktor yang disalahkan. Nvidia. Saham teknologi. Titik-titik lemah dalam data AS. Pesimisme dari China," kata Vishnu Varathan, kepala riset makro untuk Asia di luar Jepang di Mizuho Bank.

Data terbaru dari China menunjukkan ekonomi yang masih kesulitan untuk pulih secara solid, meningkatkan seruan untuk stimulus lebih lanjut dari Beijing.

Kekhawatiran akan prospek ekonomi yang lemah di China — importir minyak terbesar dunia — semakin memperburuk penurunan harga minyak karena ekspektasi melemahnya permintaan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement