"Pelemahan tersebut disebabkan oleh adanya adjustment valuasi terutama dari emiten energi baru terbarukan (EBT), seperti BREN sehingga menyebabkan pelemahan harga saham dan sektor infrastruktur," menurut riset tersebut.
Di sisi lain, harga CPO Rotterdam anjlok 4,50 persen, namun harga minyak Brent melonjak 2,49 persen setelah Iran meluncurkan rentetan rudal ke Israel, meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas di Timur Tengah. Sementara itu, Rupiah tercatat melemah 0,25 persen ke level Rp15.244 per USD.
Nilai transaksi perdagangan sepanjang sesi I mencapai Rp6,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan transaksi kemarin (1/10). Di mana perdagangan saham tertinggi didominasi oleh saham sektor perbankan dan metal mining.
Yield obligasi 5 tahun naik, namun 10 tahun bergerak meningkat, di mana kenaikan yield disebabkan naiknya tensi geopolitik di Timur Tengah yang menjadi ancaman bahwa pengetatan kebijakan moneter akan kembali terjadi.
(Fiki Ariyanti)