Di sisi lain, dia menuturkan fenomena Sell in May and Go Away berpotensi hadir pada bulan Mei ini. Walau berbagai stimulus sudah digelontorkan pemerintah di berbagai negara, tetapi tidak serta merta dapat mengembalikan GDP setiap negara dalam kondisi kontraksi.
“Walaupun adanya mekanisme bantuan langsung tunai, kemudian berbagai macam otoritas yang ada di Amerika itu berupaya meningkatkan likuiditas dengan menerbitkan relaksasi mulai dari pajak kemudian insentif terhadap para pengusaha yang itu juga dilakukan di Indonesia. Itu memang bagus tapi tidak serta merta dapat mengembalikan kondisi GDP setiap negara dalam kondisi kontraksi,” tutur Lucky.
Lanjutnya, Lucky mengatakan, pada bulan Mei ini memang pasar masih cenderung mengalami tekanan atau koreksi. Serta, pelaku pasar sangat selektif untuk memperhatikan emiten-emiten yang memiliki kapitalisasi dan likuiditas. (RAMA)