sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Minim Katalis-Likuiditas Kering, Riset Ini Sebut saatnya ‘Cabut’ dari Saham

Market news editor Melati Kristina - Riset
08/03/2023 11:35 WIB
Pasar saham tengah menghadapi likuiditas kering hingga kekurangan katalis yang menyebabkan IHSG bearish belakangan ini.
IHSG Minim Katalis-Likuiditas Kering, Riset Ini Sebut saatnya ‘Cabut’ dari Saham. (Foto: MNC Media)
IHSG Minim Katalis-Likuiditas Kering, Riset Ini Sebut saatnya ‘Cabut’ dari Saham. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Pasar saham Tanah Air tengah menghadapi likuiditas yang kering hingga kekurangan katalis positif yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bearish belakangan ini.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi I, Rabu (8/3), menyebutkan, IHSG telah terkontraksi hingga 1,39 persen sepanjang 2023. Bahkan, dalam sebulan belakangan, IHSG sudah merosot 2,64 persen.

Sejalan dengan terkoreksinya performa IHSG di awal 2023, riset Algo Research bertajuk “IHSG: It is Time to Sell” yang diterbitkan pada Selasa (7/3) mengatakan IHSG saat ini masih berada dalam downtrend dari puncaknya pada 22 September 2022 lalu.

“Alasannya, IHSG masih kekurangan katalis dan momentum, sementara penggerak pertumbuhan pada tahun lalu akan melambat pada 2023,” tulis tim riset tersebut.

Di samping itu, IHSG juga tengah berada di volatilitas yang tinggi karena memburuknya kondisi likuiditas IHSG pada saat ini.

Kendati demikian, Algo Research menyebutkan meski saat ini dalam masa downtrend, IHSG masih berpotensi tumbuh dengan penggerak jangka pendek, seperti pembagian dividen jumbo dari PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Selain itu, sentimen positif dari sektor ritel dan rokok yang dipimpin oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), hingga PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turut menjadi faktor pendorong jangka pendek IHSG.

Dari segi ekonomi makro, sentimen global tentang data bulanan terkait inflasi dan pengeluaran diharapkan dapat mengubah narasi tentang tingkat resesi saat ini.

Sementara, investor juga tengah menantikan data dalam negeri terkait PDB pada kuartal I-2023 yang bakal keluar setelah libur Idul Fitri untuk menggerakkan IHSG.

“Saat ini katalis hanya berasal dari dividen emiten perbankan dan batu bara hingga beberapa minggu ke depan, tetapi ini bersifat sementara karena saham cenderung berbalik arah setelah tanggal jatuh tempo,” tulis riset tersebut.

Selain kekurangan katalis, IHSG juga tengah menghadapi kondisi likuiditas yang kian memburuk diikuti oleh pergerakan pasar yang melemah.

Menurut Algo Research, nilai transaksi IHSG belakangan ini hanya sekitar Rp6 triliun hingga Rp8 triliun kembali ke sebelum era pandemi. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dampaknya, investor mengalami kesulitan untuk berdagang saham di lingkungan yang tidak likuid ini.

Lebih lanjut, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi berpendapat, likuiditas di pasar saat ini sudah tidak setinggi dulu dengan penurunan volume dan nilai transaksi perdagangan saham hingga 20 persen dari tahun lalu.

“Pada 2023, rata-rata nilai transaksi di kisaran Rp9 triliun hingga Rp10 triliun, appetite untuk trading turun dibanding pada 2022 lalu karena investor cenderung wait and see,” ujar Tirta dalam wawancara dengan IDX Channel, Selasa (7/3).

Arus Dana Investor Asing Seret

Selain menghadapi kendala yang telah disebutkan di atas, Algo Research juga mengamati minimnya arus ekuitas dari investor domestik hingga asing selama beberapa bulan terakhir.

“Data kami di bulan Februari menunjukkan bahwa investor domestik hanya meningkatkan posisi ekuitas sekitar 100-150bps sebagian ke saham ritel, rokok, dan komunikasi,” tulis Algo Research.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement