sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Pekan Ini Berpeluang Rebound di Tengah Ekspektasi Pemangkasan BI Rate

Market news editor Anggie Ariesta
20/10/2025 09:15 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada pekan ini.
IHSG Pekan Ini Berpeluang Rebound di Tengah Ekspektasi Pemangkasan BI Rate. (Foto iNews Media Group)
IHSG Pekan Ini Berpeluang Rebound di Tengah Ekspektasi Pemangkasan BI Rate. (Foto iNews Media Group)

IDXChannel – PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada pekan ini. Hal tersebut didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) serta rilis sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat (AS).

Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan, kondisi pasar modal Indonesia masih akan terpengaruh oleh sentimen yang terbentuk pada pekan sebelumnya.

Dia menilai, pelaku pasar kemungkinan besar akan memanfaatkan kondisi pasar yang terkoreksi untuk mulai mengoleksi saham-saham berharga menarik melalui strategi bottom fishing.

“Kemungkinan besar, konsentrasi pasar akan cenderung melakukan diversifikasi pengalokasian dana dengan proporsi sebagai berikut: alokasi untuk sektor sensitif terhadap suku bunga (perbankan, properti, infrastruktur), mengambil momentum pada emiten-emiten komoditas terutama emas, dan memanfaatkan momentum pada saham-saham konglomerasi,” ujar Indri dalam risetnya, Senin (20/10/2025).

Indri memperkirakan IHSG akan bergerak bervariasi namun cenderung menguat, dengan rentang support 7.730 dan resistance 8.100.

Salah satu sentimen utama yang akan memengaruhi pergerakan IHSG pekan ini adalah pemangkasan suku bunga acuan BI diperkirakan sebesar 25 basis poin ke level 4,5 persen, yang akan menjadi penurunan kelima kalinya tahun ini.

Selain itu, pasar juga akan mencermati rilis data ekonomi Amerika Serikat, seperti initial jobless claims dan inflasi tahunan bulan September yang diperkirakan naik tipis menjadi 3 persen dari sebelumnya 2,9 persen.

Indri menjelaskan, potensi penguatan IHSG pekan ini muncul setelah indeks sempat mencetak All Time High di level 8.288 pada pekan lalu, sebelum akhirnya ditutup melemah 4,14 persen, disertai dengan aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar reguler senilai Rp4,2 triliun.

Dari sisi sektoral, hanya sektor kesehatan (healthcare) yang mencatatkan penguatan sebesar 2,79 persen, sementara sektor lainnya mengalami pelemahan. Sektor teknologi menjadi yang paling tertekan dengan koreksi mencapai 11,59 persen, terutama akibat penurunan saham DCII dan MLPT yang memiliki bobot besar dalam indeks sektor tersebut.

Lebih lanjut, Indri merinci sejumlah faktor yang memengaruhi pelemahan IHSG pekan lalu. Pertama, ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat setelah China berencana membatasi ekspor tanah jarang, yang kemudian direspons oleh Presiden AS Donald Trump dengan ancaman tarif tambahan sebesar 100 persen jika pembatasan itu benar diterapkan.

Kedua, outlook pemangkasan suku bunga global masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Sebesar 99 persen investor meyakini Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sementara sebagian kecil memperkirakan penurunan sebesar 50 basis poin.

Dari dalam negeri, sentimen positif juga datang dari rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang tengah mempertimbangkan penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk memperkuat daya beli masyarakat dan menggairahkan sektor riil.

Anggota DPR RI Misbakhun bahkan mengusulkan agar tarif PPN diturunkan menjadi 8 persen guna mendorong sirkulasi ekonomi domestik.

Selain itu, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru, menembus level USD4.381 per troy ounce, didorong oleh meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan China, proyeksi pemangkasan suku bunga, serta gangguan ekonomi akibat government shutdown di Amerika Serikat.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Indri menilai peluang penguatan IHSG pada pekan ini masih terbuka lebar, terutama apabila kebijakan moneter dan faktor global memberikan katalis positif bagi pasar modal Indonesia.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement