Saat ini, diakuinya, investor masih akan mencermati pertemuan The Fed di bulan ini dan diperkirakan The Fed
akan memangkas suku bunga 25-50 bps. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Chairman The Fed, Jerome Powell yang menginformasikan bahwa sudah waktunya untuk melonggarkan kebijakan moneter di tengah meningkatnya risiko tenaga kerja.
Menurut Nico, hal ini juga berdampak terhadap turunnya yield Amerika Serikat (AS) ke level 4,5 persen (31 Juli 2024: 4,9 persen) dan indeks dollar (DXY) ke 101,6 (31 Juli 2024: 104,1).
Bank of Japan (BoJ) menaikkan suku bunga ke 0,25 persen (+15 bps) yang berdampak terhadap penguatan Yen terhadap mata uang lain.
"Patut dicermati relaksasi carry trade khususnya untuk Yen, dimana ini berdampak terhadap koreksi indeks saham di dunia, karena penguatan Yen berdampak terhadap meningkatnya nilai utang sehingga investor harus menarik asetnya untuk membayar utang," ujar Nico.
Selain itu, lanjut Nico, UBS menurunkan ekspektasi pertumbuhan untuk China, diperkirakan hanya akan tumbuh 4,6 persen di 2024 (sebelumnya: 4,9 persen) dan 4 persen di 2025 (sebelumnya: 4,6 persen).
Saham-saham Berpotensi Cuan