Sementara itu, indeks sektoral ditutup melemah pada sesi I. Sektor energi turun 2,58 persen dan basic materials terpangkas 2,62 persen.
"Pelemahan ini disebabkan oleh melemahnya beberapa saham komoditas nikel pada sektor tersebut karena penurunan harga nikel global yang disebabkan karena peningkatan produksi nikel yang sebagian besar berasal dari Indonesia, serta mencerminkan lonjakan investasi smelter yang mayoritas berasal dari China," menurut riset tersebut.
Bank Dunia memprediksi pada 2024, Indonesia mampu memasok lebih dari separuh suplai nikel global. Bank Dunia juga memperkirakan permintaan nikel global akan cenderung meningkat, terutama untuk produksi baja tahan karat dan baterai.
Kurs Rupiah tercatat menguat 0,23 persen ke level Rp16.133 per USD siang ini. Nilai transaksi perdagangan sepanjang sesi I mencapai Rp6,0 triliun, lebih tinggi dari nilai transaksi pada sesi I pada perdagangan Jumat pekan lalu. Di mana perdagangan saham tertinggi didominasi oleh saham sektor perbankan besar dan metal mining.