IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sepanjang pekan seiring penurunan tajam saham-saham konglomerat.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun tajam 2,57 persen ke 7.915,66 pada Jumat (17/10/2025). Sepanjang pekan, indeks acuan tersebut hanya sekali ditutup menghijau, dengan sisanya memerah.
Alhasil, dalam sepekan IHSG merosot 4,14 persen.
Investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) jumbo, yakni Rp4,23 triliun di pasar reguler dalam sepekan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membukukan net sell terbesar, Rp1,50 triliun, disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp948,09 miliar, dan emiten milik taipan Prajogo Pangestu PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) Rp827,00 miliar.
Kemudian, saham emiten teknologi milik Hashim Djojohadikusumo, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) juga mengalami net sell Rp805,92 miliar.
Dua saham bank besar lainnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga masing-masing membukukan aksi jual Rp578,92 miliar dan Rp271,01 miliar dalam sepekan.
Tidak hanya, CDIA, saham-saham Prajogo lainnya juga terimbas aksi lego asing, seperti CUAN (Rp266,15 miliar), BRPT (Rp265,18 miliar), TPIA (Rp147,23 miliar), dan PTRO (Rp87,10 miliar).
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergerakan asing mulai menunjukkan tanda-tanda arus keluar dari pasar saham Indonesia, khususnya di saham-saham konglomerat. Ia mengaitkan pergeseran ini dengan dinamika geopolitik terkini.
“Saya memproyeksikan bahwa ada arus outflow dari asing yang belakangan cukup aktif di saham-saham konglo. Hal ini dipicu oleh pernyataan Donald Trump yang mengatakan akan menetapkan tarif 100 persen untuk China,” ujar Michael, Jumat (17/10/2025).
Ia menambahkan, tekanan tersebut juga tercermin dari data transaksi ETF yang menunjukkan arus keluar dari IHSG. Dari sisi teknikal, pola pergerakan indeks turut memperkuat sinyal pelemahan jangka pendek.
“IHSG terkonfimasi pola head and shoulders, dengan neckline yang terkonfirmasi di angka 8000. Maka, IHSG berpeluang untuk terkoreksi hingga 7.750-7.726,” tuturnya.
Meski begitu, Michael menilai ada peluang pembalikan arah apabila indeks mampu bertahan di kisaran koreksi tersebut. “Jika IHSG mampu mempertahankan area koreksi ini, maka ada potensi reversal setelah itu,” ujarnya.
Ia mengingatkan, proses pemulihan tidak akan berlangsung cepat. “Namun, koreksi yang dalam kemarin, memerlukan waktu untuk rebound, yang biasanya akan terjadi periode akumulasi yang condong ke sideways area,” imbuh Michael. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.