"Kami berada di perairan yang sangat berombak. Risikonya telah meningkat, sehingga kami tidak lagi dapat mengesampingkannya (potensi terjadinya resesi global," tutur Georgieva.
Data ekonomi terbaru menunjukkan beberapa kekuatan ekonomi besar dunia, termasuk China dan Rusia, telah mengalami kontraksi pada triwulan II/2022. Bahkan, catatan risiko diproyeksikan bahkan bakal meningkat lebih tinggi lagi pada 2023 mendatang.
"(Tahun 2022) Ini akan menjadi tahun yang sulit, namun bahkan mungkin akan lebih sulit lagi di 2023 mendatang. (Potensi terjadinya resesi) Meningkat," ungkap Georgieva.
Sebelumnya, Ketua Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, pada bulan lalu menyatakan bahwa pihaknya tidak sedang mencoba untuk merekayasa resesi, melainkan berkomitmen penuh untuk menjaga stabilitas harga, meski dengan risiko menurunnya aktivitas ekonomi.
Langkah yang diambil The Fed itu pun dipahami betul oleh Georgieva, di mana kebijakan pengetatan kondisi keuangan yang lebih lama bakal membuat prospek ekonomi global jauh lebih rumit. Namun tetap saja hal itu penting dilakukan demi mengendalikan lonjakan harga kebutuhan pokok agar tetap terjangkau oleh masyarakat.