Angka ini tentunya lebih murah bila dibandingkan dengan angka PER dari IHSG yang mencapai 15,09x per Januari 2023.
Sementara pengamat pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto menilai, murahnya valuasi saham di China bisa jadi karena bursa di China sempat lama tak bergerak seiring kebijakan zero covid yang menghambat perekonomian di negara tirai bambu tersebut.
Kendati investor asing belakangan ramai ‘cabut’ dari pasar saham dalam negeri, William tetap optimis karena tak selamanya pasar ekuitas dalam negeri mencatatkan net sell asing seiring potensi saham big cap yang masih menarik bagi investor selama labanya masih bertumbuh.
“Namun, perlu waktu bagi investor asing untuk berminat mencatatkan net buy kembali di pasar saham Tanah Air,” kata William kepada IDX Channel, Senin (16/1).
Senada dengan William, Nafan juga berpendapat pergerakan saham big cap kedepannya bakal terapresiasi seiring rilis kinerja laporan keuangan emiten di kuartal IV yang membaik dan semakin progresif.