Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG secara year to date (ytd) naik 5,65 persen, berdasarkan data RTI Business. IHSG pada perdagangan Jumat (22/12) berakhir di zona hijau dengan penguatan 0,39 persen ke 7.237,519.
Analis Saham Panin Sekuritas, Aqil Triyadi mengatakan, sektor telekomunikasi menjadi urutan terbesar kedua tujuan investasi di semester I-2023.
Sambungnya, sektor telekomunikasi yang tergabung pada sektor transportasi, gedung, dan telekomunikasi berkontribusi sebesar 12 persen dari total investasi dengan nilai Rp79,1 triliun.
"Hal ini didorong dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan jangkauan jaringan dan rencana transformasi digital di Indonesia," ujar Aqil dalam risetnya, dikutip Selasa (26/12/2023).
Berikut saham-saham telekomunikasi paling cuan sepanjang 2023 (awal Januari-22 Desember 2023):
Jawaranya adalah PT Indosat Tbk (ISAT), di mana harga sahamnya sudah melambung 56,02 persen. Dari sebelumnya Rp6.025 per saham pada penutupan 2 Januari 2023, kini tembus Rp9.400 per saham per 22 Desember ini.
Indosat Ooredoo merupakan salah satu emiten yang masuk 50 perusahaan tercatat dengan kapitalisasi terbesar (market cap). ISAT berada di posisi 23 dengan market cap sebesar Rp8,06 triliun.
Selanjutnya PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) berada di peringkat kedua saham telekomunikasi paling untung 2023. Anak usaha PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) itu telah mencatatkan peningkatan harga saham sebesar 17,35 persen dari Rp34.000 menjadi Rp39.900 per saham.
SUPR juga tembus 50 market cap terbesar di BEI (urutan 41) dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp1,14 trliun.
Saham telekomunikasi tercuan lainnya, yakni PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD). Emiten penyedia infrastruktur telekomunikasi itu mencatakan kenaikan harga saham sebesar 8,23 persen (ytd). Dari sebelumnya Rp316 per saham, kini menjadi Rp342 per saham.
Di peringkat empat saham paling untung ada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Harga saham emiten BUMN tersebut di awal 2023 tercatat sebesar Rp3.800 per saham, dan kini di level Rp3.960 per saham pada 22 Desember 2023.
Dengan demikian, kenaikan harga saham TLKM sebesar 4,21 persen (ytd). Telkom bertengger di peringkat ketujuh emiten dengan market cap terbesar senilai Rp99,06 triliun.
PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) merupakan saham telekomunikasi lainnya yang mencatatkan peningkatan harga saham meskipun tipis. Kenaikannya sebesar 4,05 persen dari harga Rp148 menjadi Rp154 persen.
Maharaksa Biru Energi sebelumnya bernama PT Protech Mitra Perkasa Tbk. Emiten artis Cinta Laura Kieh itu bertransformasi bisnis baru di industri hijau dan energi baru terbarukan (EBT).
No | Emiten | Kode Saham | Kenaikan di 2023 (%) |
1 | Indosat | ISAT | 56,02 |
2 | Solusi Tunas Pratama | SUPR | 17,35 |
3 | Visi Telekomunikasi Infrastruktur | GOLD | 8,23 |
4 | Telkom Indonesia | TLKM | 4,21 |
5 | Maharaksa Biru Energi | OASA | 4,05 |
Saham Telekomunikasi Paling Boncos 2023
Jika dilihat, mayoritas saham telekomunikasi mengalami penurunan harga secara year to date.
Aqil mengungkapkan, trafik data turun secara year on year (yoy) disebabkan oleh pengembangan BTS dan penetrasi yang meningkat. Hal ini seiring berkembangnya sektor telekomunikasi dengan pengembangan beberapa jaringan dari awalnya 2G transmigrasi ke 3G, lalu berikutnya ke 4G (2014) membuat tingkat pertumbuhan traffic data meningkat signifikan.
"Jaringan BTS semakin masif di beberapa wilayah, maka semakin meningkatkan penetrasi internet, sehingga wajar pertumbuhannya masih signifikan pada periode 2014-2018 (berada di atas 100 persen). Namun saat ini, growth dari trafik data mulai melandai seiring dengan telah terpasangnya BTS di hampir seluruh wilayah Indonesia (khususnya pada jaringan TLKM)" jelasnya.
Selain itu, Aqil bilang, diikuti penetrasi yang mencapai telah mencapai 78 persen membuat growth tidak akan signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Namun kami menilai meskipun growth tidak signifikan, hal ini dapat di passed on pada peningkatan tarif paket data dan melakukan penetrasi pada wilayah yang belum terjangkau," terangnya.
Saham-saham telekomunikasi paling buntung di 2023 secara year to date, yakni PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) di urutan kesatu. Harga saham CENT anjlok 51,33 persen dari awal Januari 2023 sebesar Rp113 menjadi Rp55 per saham per 22 Desember ini.
Berikutnya harga saham PT Link Net Tbk (LINK) dari Rp2.620 merosot tajam ke level Rp1.300 per saham atau jeblok 50,38 persen secara ytd.
Padahal emiten Grup Lippo itu sudah resmi diakuisisi PT XL Axiata Tbk (EXCL). Total nilai akuisisi EXCL terhadap LINK sebesar Rp8,72 triliun atau sebanyak 66,03 saham.
Posisi ketiga saham telekomunikasi paling boncos adalah PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) dengan penurunan harga saham 41,17 persen. Emiten layanan jasa telekomunikasi itu sebelumnya berada di level harga Rp85 per saham dan kini masuk ke club saham gocap.
Berikutnya PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET). Emiten jasa telekomunikasi ini termasuk pendatang baru di BEI. INET mencatatkan saham perdana atau listing di Bursa pada 24 Juli 2023.
Saat listing, perseroan mematok harga Rp101 per saham. Namun naik pada penutupan perdagangan menjadi ke level 136. Sayangnya, harga saham INET terus mengalami penurunan hingga per 22 Desember lalu berada di level Rp83 per saham, sehingga sejak listing, saham INET sudah jatuh 38,97 persen.
Dan urutan terakhir saham telekomunikasi terboncos 2023, yaitu PT First Media Tbk (KBLV) dengan penurunan harga 31 persen. Harga saham emiten media dan jaringan internet pita lebar sebelumnya Rp100 per saham, kini menjadi Rp69 per saham.
No | Emiten | Kode Saham | Penurunan di 2023 (%) |
1 | Centratama Telekomunikasi Indonesia | CENT | 51,33 |
2 | Link Net | LINK | 50,38 |
3 | Jasnita Telekomindo | JAST | 41,18 |
4 | Sinergi Inti Andalan Prima | INET | 38,97 |
5 | First Media | KBLV | 31,00 |
Proyeksi Sektor Telekomunikasi
Aqil menjelaskan, EBITDA margin perusahaan telko di Indonesia di 2022 sebesar 50 persen, berada di urutan terbesar se Asia. Sementara EBITDA margin perusahaan telko di China hanya 32 persen, India 49 persen, dan Singapura 24 persen.
"Kami melihat kondisi sektor yang membaik karena berkurangnya tensi perang harga, pertumbuhan dari trafik data emiten yang positif di semester I-2023, dan perkembangan Fixed Mobile Convergence (FMC) yang akan menjadi stimulus untuk memperkuat sisi margin," pungkas Aqil.
(FAY)