Saham Konglo Mana Paling Cuan?
Saham-saham konglomerat tersebut tidak hanya memiliki market cap yang terbilang besar, memberikan cuan dalam bentuk capital gain atawa apresiasi harga yang luar biasa.
Bahkan, satu di antaranya menjadi saham dengan kenaikan tertinggi (top gainers) tahun ini.
Saham tersebut adalah ADMR, anak usaha ADRO, yang menghentak pasar (took the market by storm) sejak awal melantai alias listing pada awal tahun ini.
Hal tersebut, terutama, ditopang oleh booming harga batu bara yang terbang di tengah kecamuk perang di Ukraina dan macetnya rantai pasok global.
Harga saham ADMR sudah meroket 1.575% ke Rp1.675/saham (per penutupan 1 September) sejak listing pada 3 Januari 2022 di harga penawaran (IPO) Rp100/saham.
Hanya saja, saham ADMR cenderung melorot usai menyentuh rekor tertinggi di harga Rp2.990/saham pada 19 April lalu.
Dalam sebulan, saham ADMR turun 0,30%, sedangkan dalam 3 bulan terakhir, saham ADMR merosot 23,00%.
Soal valuasi saham, metrik price-earnings ratio (PER) ADMR tercatat sebesar 11,14 kali, lebih mahal dibandingkan rerata industri yang sebesar 6,43 kali.
Demikian pula, rasio price-book value (PBV) saham emiten besutan Boy Thohir ini mencapai 11,16 kali, lebih tinggi daripada rata-rata industri (2,36 kali).
Secara umum, rasio PER dan PBV yang lebih rendah dibandingkan historis dan industri menunjukkan suatu saham memiliki valuasi lebih murah (undervalued) dan begitu pula sebaliknya.
Saham induk ADMR, ADRO, juga sukses melesat 68,00% tahun ini, juga karena ketiban berkah batu bara.
Tidak cuma itu, saham batu bara milik Peter Sondakh, SMMT, juga punya kinerja yang oke punya pada tahun ini.
Harga saham SMMT berhasil melompat 278,71% ke Rp765/saham secara YtD.
Selain tersengat memanasnya harga batu bara, rumor akuisisi SMMT oleh perusahaan lain sempat menjadi sentimen utama saham ini.
Rumor tersebut sebenarnya sudah beredar sejak awal Maret lalu.
Dalam penjelasan kepada bursa pada 14 Maret 2022, pihak Golden Eagle Energy sendiri membantah rumor rencana akuisisi SMMT oleh pihak yang berelasi dengan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Hal tersebut diperjelas dalam sesi tanya jawab public expose insidentil SMMT pada 8 April 2022.
Setelah saham ADMR dan SMMT, saham konglomerat dari sektor energi lainnya yang tampil ciamik adalah saham migas ENRG milik Grup Bakrie. (Lihat tabel di bawah ini.)
Saham ENRG terbang 152,94% sepanjang 2022, ditopang naiknya harga energi. Hal itu juga tercermin dari lompatan laba bersih hingga 101,04% secara tahunan (yoy) per semester I 2022.
Tidak hanya saham-saham energi di atas, saham MSIN, yang merupakan emiten grup hiburan digital, juga sukses naik tinggi sebesar 126,81% ke harga Rp5.625/saham pada tahun ini.
Melesatnya saham emiten Grup MNC tersebut tak lepas dari kinerja fundamental perusahaan yang kokoh.
Baru-baru ini, MSIN mendapatkan sentimen positif yakni terkait saham perusahaan yang akan masuk dalam FTSE Global Equity Index Series untuk seri Mid-Cap yang efektif mulai 19 September 2022.