“Dengan pemangkasan tarif ini, maka ada peluang penjualan MARK akan meningkat ke AS. Di sisi lain, tidak ada peluang realistis bagi AS untuk mengembangkan industri manufaktur sarung tangannya,” tutur Andre.
MARK yang dikenal sebagai produsen hand former global, mengalami tekanan penjualan pada kuartal I-2025 akibat ketegangan dagang dan gangguan pasokan gas. Namun, perusahaan tetap mencatatkan kenaikan margin laba kotor menjadi 52 persen, dari sebelumnya 40 persen pada kuartal IV-2024.
Secara fundamental, MARK mencatat laba bersih Rp70 miliar, turun 2,78 persen year-on-year (yoy). Adapun pendapatan usaha mencapai Rp203 miliar, terpangkas sebesar 4,25 persen.
Andre memandang posisi keuangan MARK juga menguntungkan, lantaran manajemen berniat untuk tidak menambah tambahan utang. “Sehingga posisi kas bersih akan tumbuh,” kata dia.
Hingga Rabu (21/5) pukul 10:58 WIB, saham MARK naik 0,62 persen ke Rp815. Transaksi-net mencapai Rp8,90 miliar.
(Febrina Ratna Iskana)