sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Investor Mulai Lirik Bisnis Crowdsourcing, Apa Itu?

Market news editor Anggie Ariesta
07/06/2024 03:00 WIB
Konsep bisnis berbasis crowdsourcing ini sudah dijalankan oleh beberapa portfolio dibawah GDP Venture, di antaranya SweetEscape, Dekoruma, dan Garasi.id.
Investor Mulai Lirik Bisnis Crowdsourcing, Apa Itu? (Foto: MNC Media)
Investor Mulai Lirik Bisnis Crowdsourcing, Apa Itu? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Global Digital Prima (GDP Venture) saat ini menjadi modal ventura yang mendorong beberapa portofolio yang mengedepankan bisnis melalui metode crowdsourcing.

Konsep bisnis berbasis crowdsourcing ini sudah dijalankan oleh beberapa portfolio dibawah GDP Venture, di antaranya SweetEscape, Dekoruma, dan Garasi.id.

Untuk menerapkan crowdsourcing dengan efektif, perusahaan ini memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, memilih platform yang sesuai untuk menjangkau dan berinteraksi dengan target partisipan, serta menetapkan aturan yang jelas mengenai penggunaan kontribusi dan hak kepemilikan intelektual.  

"Idenya nggak akan bisa mulai atau berhasil, karena demand-nya nggak predictable, nggak bisa steady, demand-nya bisa tinggi. Nah, itu solusi crowdsourcing cocok, karena variable expense sama variable demand ketemu,” kata CEO SweetEscape David Soong dalam GDP Venture Power Lunch, Kamis (6/6/2024).
 
Ia mengungkapkan jika diwajibkan merekrut ribuan fotographer dalam satu area perkantoran, kata David, biaya operasional akan sulit dikendalikan. Karenanya, dia menilai model bisnis crowdsourcing menjadi jawaban tepat untuk menjawab tantangan tersebut.

Selain itu, CEO Garasi.id, Ardyanto Alam menuturkan, tak ada persoalan dengan investornya dalam kaitan bisnis model crowdscoursing. Justru dengan model bisnis tersebut, Garasi.id mampu menjangkau konsumen dari seluruh penjuru Indonesia.

“Soal investornya happy-happy saja sih. Soalnya begini, kita bisa jadi scalable karena model crowdsourcing ini,” kata Ardyanto.

Sementara itu, CEO Dekoruma, Dimas Harry Priawan mengungkap efisiensi dari model bisnis tersebut. Dengan skema bisnis tersebut, mitigasi risiko bisa lebih mudah diperhitungkan dan dipersiapkan.

“Misalnya saya cuma bisa hire 10 orang, gimana caranya 100? Itu kan crowdsourcing, gak bisa 10 orang serve semuanya,” ujarnya.

Di sisi lain, perusahaan juga bisa membaca potensi segmen bisnis melalui model bisnis crowdsourcing tersebut. Meski mempekerjakan karyawan per proyek, kata Dimas, model bisnis ini juga tetap mengedepankan dedikasi pekerja.

Corporate Affair Director PT Global Digital Prima (GDP Venture), Ossy Indra Wardhani menyebut, beberapa jenis perusahaan yang mereka tertarik biayai untuk beroperasi.

Saat ini GDP Venture tengah membiayai perusahaan di 5 bidang, yakni e-commerce, media, entertainment, solution atau perusahaan yang menawarkan servis untuk membantu konsumen, serta perusahaan yang membuat produk nyata. Mayoritas dari perusahaan ini sudah menggunakan teknologi dalam operasinya.

"Fokus dari tahun ini ya kita di 5 pilar (perusahaan) itu saja. Jadi, nggak ada fokusnya bahwa kita mau, udah tau nih mau membiayai perusahaan mana gitu. Pokoknya di 5 pilar itu deh," ungkap Ossy.

(DES)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement