sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Investor Wait and See, IHSG Diproyeksi Flat hingga Awal Tahun Baru 

Market news editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
28/12/2024 18:00 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi flat di rentang 7.000-7.100 pada perdagangan awal pekan depan, Senin (30/12/2024).
Investor Wait and See, IHSG Diproyeksi Flat hingga Awal Tahun Baru (Foto: MNC Media)
Investor Wait and See, IHSG Diproyeksi Flat hingga Awal Tahun Baru (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi flat di rentang 7.000-7.100 pada perdagangan awal pekan depan, Senin (30/12/2024). 

Hal ini seiring dengan pekan pendek perdagangan saham yang disertai serta momen perayaan tahun baru sehingga pelaku pasar cenderung wait and see.

“Namun, akan ada beberapa rilis data penting, baik dari global maupun domestik, yang dapat menjadi perhatian pasar,” kata Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, Sabtu (28/12/2024).

Sebelumnya IHSG ditutup melemah ke level 7.036.57 atau turun 0,41 persen pada Jumat (27/12/2024) kemarin. Pelemahan tersebut dipimpin oleh sektor teknologi yang turun 2,42 persen, disertai dengan depresiasi nilai tukar rupiah. 

Secara teknikal, kata Valdy, IHSG tertahan pada support dinamis MA5 pada kisaran level 7.031. “Selain itu, indikator MACD menunjukkan pergerakan yang sideways,” ujarnya.

Dari sentimen global, pasar menantikan rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat bulan Desember. Dua lembaga terkemuka yakni S&P dan ISM, memperkirakan bahwa sektor manufaktur AS masih berada dalam level kontraktif (<50). Ini mengindikasikan masih terjadinya tekanan pada aktivitas industri yang mungkin masih berlanjut di tengah tantangan ekonomi global.

Secara regional, perhatian pasar tertuju pada rilis data NBS Manufacturing PMI China. Indeks ini diperkirakan tetap berada di zona ekspansif (>50). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur China terus tumbuh dan memberikan sinyal positif terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.

Sementara dari domestik, pasar menantikan rilis data inflasi Desember yang diperkirakan menurun ke level 1,40 persen year on year dari sebelumnya 1,55 persen year on year. Sebaliknya, inflasi inti diprediksi akan mengalami peningkatan ke 2,60 persen year on year dari level sebelumnya 2,26 persen year on year, yang mencerminkan adanya tekanan harga yang lebih persisten pada barang dan jasa inti. 

“Perkembangan ini mengindikasikan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan mendasar mengalami tekanan,” ujar Valdy.

Sejumlah saham direkomendasikan untuk dicermati antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Panin Financial Tbk (PNLF), PT BFI Finance Tbk (BFIN), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement