sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jadi Emiten ke-11 Listing di BEI, Ini Profil Lengkap Wijaya Cahaya (FWCT)

Market news editor Anggie Ariesta
01/02/2023 08:57 WIB
PT Wijaya Cahaya Timber Tbk (FWCT) akan mencatatkan (listing) perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Rabu (1/2/2023).
Jadi Emiten ke-11 Listing di BEI, Ini Profil Lengkap Wijaya Cahaya (FWCT). (Foto: MNC Media).
Jadi Emiten ke-11 Listing di BEI, Ini Profil Lengkap Wijaya Cahaya (FWCT). (Foto: MNC Media).

IDXChannel - PT Wijaya Cahaya Timber Tbk (FWCT) akan mencatatkan (listing) perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Rabu (1/2/2023). FWCT akan menjadi perusahaan tercatat ke-11 di BEI di 2023.

FWCT mantap menggelar initial public offering (IPO) sebanyak 375 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Nilai nominal sahamnya Rp100 per saham yang ditawarkan kepada publik di Rp118 setiap sahamnya.

Mengutip laman e-IPO, FWCT merupakan emiten yang bergerak di bidang Industri Kayu Lapis/Plywood, dengan empat pabrik utama yang dioperasikan sendiri yang berlokasi di dua kota, yaitu Malang dan Jember.

Perusahaan milik Raja Kayu Lapis ini mendirikan pabrik pertama di Malang pada 2017 dengan kapasitas awal 48.000m3 per tahun dan memulai produksinya pertama kali pada Maret 2018.

Pada kuartal keempat 2018, Wijaya Cahya menambah kapasitas produksinya dengan mendirikan pabrik kedua di Malang dengan kapasitas tambahan 48.000 m3 per tahun. Pada tahun yang sama juga, perseroan telah melakukan penjualan ekspor untuk Kawasan Asia.

Seiring dengan peningkatan permintaan kayu lapis dan kinerja penjualan Perseroan, pada kuartal keempat 2019, perseroan mendirikan pabrik ketiganya di Malang dengan kapasitas tambahan 48.000 m3 per tahun.

Kemudian pada 2021, guna memenuhi permintaan ekspor Perseroan Kembali memperluas cakupan wilayah produksinya, dengan mendirikan pabrik di Jember, yang beroperasi mulai kuartal ketiga 2021, dengan target kapasitas penuh sebesar 96.000 m3 per tahun di kuartal pertama 2022.

Hingga saat ini, perseroan telah memiliki 4 bangunan pabrik di dua kota di Jawa Timur, yaitu Malang dan Jember dengan total kapasitas produksi 198.000 m3 untuk plywood.

Memiliki lebih dari 3.000 tenaga kerja, memenuhi kualifikasi dan sertifikasi berstandar tinggi yang dibutuhkan oleh negara maju seperti Amerika dan Jepang, serta telah mengekspor ke 12 Negara tujuan.

Pemegang saham Wijaya Cahaya Timber sebelum IPO adalah PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu 71,67%; PT Mandiri Sejahtera Jaya Abadi 26,67%; Budi Tjahjadi 0,83%; dan Aris Sunarko 0,83%.

Pengendali dan pemilik manfaat FWCT adalah Aris Sunarko melalui kepemilikan tidak langsung di perseroan melalui PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu. Di Fortuna Anugrah Sumber Terpadu, Aris Sunarko menguasai 99,99% saham dan anaknya, yakni Edwin Sunarko, menggenggam 0,01% saham.

Selain itu, Aris Sunarko merupakan suami dari Hilda selaku pemegang saham individu dari perusahaan dalam kelompok usaha Wijaya Timber, yaitu PT Semangat Maju Sentosa.

Aris Sunarko diketahui merupakan mantan CEO Samko Timber Limited (saat ini dengan brand Sampoerna Kayoe), perusahaan tercatat di Bursa Singapura yang juga bergerak di industri kayu. 

Ayahnya, Koh Boon Hong (Hasan Sunarko) sempat disebut-sebut sebagai ‘Raja Kayu Lapis’ adalah pendiri Samko dan sekarang bisnis kayu lapis aktif dijalankan Aris Sunarko.

Sampoerna Forestry Limited pada 2016 jadi menguasai 64% saham Samko. Saat ini, Samko berada di bawah naungan Putera Sampoerna.

Aris Sunarko tercatat juga sebagai pemegang saham secara langsung dari PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) sebanyak 140.901.000 saham atau 5,999% per 31 Desember 2022. Sedangkan PT Haskojaya Abadi menguasai 85,111% kepemilikan atau sekitar 2 miliar saham.

FWCT saat ini masuk jajaran perusahaan besar yang berkompetisi langsung dengan Sampoerna Kayoe, PT Erna Djuliawati, PT SLJ Global Tbk, PT Sinar Wijaya Plywood.
Sementara pengendali SLJ Global (SULI) adalah Amir Sunarko yang juga merupakan saudara kandung Aris Sunarko.

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement