"Kami bersyukur, bahwa kami menjadi nasabah pertama BNI yang dinilai layak dan berhak mendapatkan fasilitas green financing ini. Tentu, ada economic opportunity yang kami dapat dari (perubahan) situ," tutur Abednedju.
Abednedju menjelaskan, fasilitas yang merupakan jenis kredit bilateral dengan tenor selama lima tahun itu bakal digunakan untuk mendanai salah satu inisiatif keberlanjutan GRP. Salah satunya mencakup Light Section Mill (LSM) yang baru saja diresmikan.
"Karena ini sifatnya green financing, maka peruntukan dananya juga tidak sembarangan. Dan sejauh ini, kami juga sudah memiliki roadmap yang jelas tentang pengembangan prinsip ESG di GRP, yang itu juga sudah kami komunikasikan dengan pihak BNI," tutur Abednedju.
Dengan pembangunan dan upaya pemutakhiran mesin LSM ini, misalnya, Abednedju mengklaim pihaknya dapat meningkatkan efisiensi operasional melalui penurunan konsumsi energi sehingga mengurangi emisi karbon.
"Proyek ini juga merupakan bagian dari misi GRP menuju dekarbonisasi, sebagai bentuk komitmen kami dalam mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang," tegas Abednedju. (TSA)