Selamat dari Krisis
Jos mungkin salah satu pialang pasar modal yang mengalami krisis 1998. Dia pun mengaku saat itu sudah bangkrut. Uang yang dia kumpulkan dan hasilkan dari pasar saham hanya bersisa USD15 ribu.
“Waktu itu Rupiah melemah dari Rp2.400 sudah sampai Rp17.000. banyak orang bilang Rupiah bisa sampai Rp25.000. Bagaimana caranya bisa recover, saya akhirnya convert semua dolar AS di deposito menjadi Rupiah di harga Rp17.000,” katanya.
Dia pun mengalokasikan seluruh dana hasil konversi itu ke saham PT Astra Internastonal Tbk (ASII). Menurut dia, saat itu harga saham Astra sudah turun dari Rp4.000 menjadi Rp450.
“Masa iya bisa turun lagi. Saya dorong semua uang ke Astra Internasional. Seminggu kemudian bisa turun ke setengahnya, tinggal Rp225. Ternyata apa yang kita pikir murah kalau krisis begitu pasar sangat emosional, sudah tidak rasional,” kisahnya.
“ Yang kita pikir murah bisa tuurn 50% lagi. Untung saya pegangin terus, saya bilang sudah deh, saya enggak sanggup cut lost lagi, sudah janji mau ambil long term view, jadi saya tungguin. Dalam sebulan tiba-tiba recover, naik jadi Rp700,” katanya.
Dengan menerapkan strategi nekat tanpa diversifikasi, Jos mengaku investasinya bisa kembali pulih dalam setahun. “Pelajaran yang bisa kita ambil. Pasar itu sangat emosional, selalu, waktu turun enggak kira-kira , waktu naik enggak kira-kira. Orang sudah enggak mikir valuasi lagi mau saat beli atau jualan,” pungkasnya.
Suwantara Gotama
(Dok. Ist)
Pialang lainnya yang cukup sukses dan dikenal kalangan pasar modal yaitu Suwantara Gautama. Meski begitu, informasi terkait profil dirinya masih sedikit.
Hanya bisa diketahui dari jejak jabatan di BEI hingga jual-beli sejumlah saham. Dilansir dari laporan tahunan BEI, Suwantara pernah menjabat sebagai Komisaris Bursa periode 2011-2014.
Selain sempat menjadi Komisaris BEI, mengutip majalah Pialang Indonesia (Edisi 12 Agustus 2013), Suwantara juga pernah menduduki kursi Direktur Utama perusahaan sekuritas PT CLSA Indonesia (kode broker: KZ).
Dari portofolio, dia diketahui memiliki saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS). Suwantara juga memiliki kepemilikan saham di emiten induk kurir Anteraja PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA).
Menurut Laporan Tahunan ASSA 2021--dengan asumsi belum ada perubahan yang berarti--per 31 Desember 2022, Suwantara memiliki 140,600,000 saham atau setara dengan 3,95 persen di emiten milik taipan TP Rachmat tersebut.
Suwantara juga sempat tercatat mempunyai saham emiten perkebunan sawit PT Gozco Plantations Tbk (GZCO). Menurut data pemegang efek GZCO per 31 Maret 2022, Suwantara pernah menguasai 7,28 persen saham perusahaan tersebut.
Namun, dalam data pemegang efek GZCO per 30 April 2022 menunjukkan kepemilikan Suwantara di Gozco sudah 0 persen. Ini artinya, Suwantara melego seluruh sahamnya, yang mencapai 436.551.400 saham. Demikian kisah para pialang di pasar modal Indonesia. Semoga bermanfaat.
(FRI)