sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jelang Pengumuman Suku Bunga BI, ke Mana Arah IHSG dan Rupiah?

Market news editor Maulina Ulfa
22/04/2024 16:39 WIB
Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa-Rabu, 23-24 April 2024.
Jelang Pengumuman Suku Bunga BI, ke Mana Arah IHSG dan Rupiah? (Foto: Reuters)
Jelang Pengumuman Suku Bunga BI, ke Mana Arah IHSG dan Rupiah? (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa-Rabu, 23-24 April 2024.

Selama dua pekan terakhir, BI mendapat tekanan dari pasar untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga di tengah gejolak makroekonomi yang terjadi.

Diketahui sebelumnya, kinerja pasar keuangan dalam sepekan terakhir ambles seiring konflik Timur Tengah yang semakin memanas pasca serangan drone misil Iran ke Israel.

Kondisi makin runyam ketika Jerome “Jay” Powell dalam pidato terbarunya mengisyaratkan untuk tak buru-buru memangkas suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Di Indonesia, rupiah paling tertekan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok imbas aksi jual asing tiada henti melanda saham-saham big cap perbankan. Terlebih, data ekspor terbaru masih belum menunjukkan penguatan terhadap neraca dagang RI sejak April 2023.

Di Asia, kebijakan terbaru Bank Rakyat China (PBOC) adalah mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun masing-masing sebesar 3,45 persen dan 3,95 persen pada Senin (22/4).

Suku bunga dasar pinjaman (LPR) 1 tahun menjadi acuan sebagian besar pinjaman korporasi dan rumah tangga. Sementara itu, suku bunga lima tahun menjadi acuan untuk hipotek properti.

Kedua suku bunga tersebut berada pada rekor terendah karena pemerintah berupaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi dengan menjaga kondisi moneter lokal dalam menghadapi tantangan dari sektor properti, dan tren deflasi yang masih terus berlanjut.

Keputusan tersebut diambil setelah negara ekonomi terbesar kedua tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama 2024 di tengah melemahnya yuan.

Kini, bank sentral di kawasan Asia Pasifik kini dihadapkan pada pilihan sulit dalam kebijakan suku bunga.

Harapan penurunan suku bunga acuan di kawasan Asia, termasuk Indonesia, semakin pudar tahun ini. Inflasi AS yang masih tangguh membuat The Fed semakin ragu menurunkan suku bunga.

Pasar Keuangan Merana, IHSG Bisa ke 6.900

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam 2,30 persen selama sepekan, ditutup di level 7.087,32 hingga Jumat (19/4).

Secara year to date (YTD) hingga penutupan perdagangan Senin, (22/4), IHSG bahkan sudah tertekan 2,68 persen dan dalam sebulan terkoreksi 3,46 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Secara umum, investor mencatatkan angka jual bersih (net sell) yang tinggi, mencapai Rp3,92 triliun di pasar reguler dan Rp3,97 triliun di pasar negosiasi dan pasar tunai selama minggu lalu.

Saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan net sell asing terbesar selama sepekan, yakni mencapai Rp1,3 triliun. Harga saham BBRI pun turun tajam 7,46 persen dalam periode tersebut.

Menghadapi situasi ini, Algo Research bahkan sejak Maret lalu berpandangan IHSG bisa kembali di rentang 6.850-6.900.

“Pandangan kami masih netral dengan bias condong ke bawah karena katalisnya masih ada di IHSG. Perhatikan kesenjangan teknis di level 6.850-6.900 (-6 persen) yang tercipta pada tanggal 23 November ketika saham-saham berkapitalisasi besar mulai menguat karena pasar terlalu gembira dengan prospek poros The Fed,” tulis Algo, (3/3).

Algo Research menambahkan, perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar yang telah mendorong kenaikan IHSG seperti perbankan kemungkinan akan berhenti sejenak karena normalisasi ekspektasi keuntungan pada tahun ini.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement