sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kecuali IHSG dan KOSPI, Bursa Asia Bergerak Positif

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
21/03/2022 11:03 WIB
Selain indeks harga saham gabungan (IHSG) dan KOSPI Korea, pergerakan sebagian besar Bursa saham di kawasan Asia terpantau positif.
Kecuali IHSG dan KOSPI, Bursa Asia Bergerak Positif. (Foto: MNC Media)
Kecuali IHSG dan KOSPI, Bursa Asia Bergerak Positif. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Selain indeks harga saham gabungan (IHSG) dan KOSPI Korea, pergerakan sebagian besar Bursa saham di kawasan Asia terpantau positif pada perdagangan awal pekan ini.

Berdasarkan data Investing, Senin (21/3/2022) hingga pukul 10:26 WIB, KOSPI Korea Selatan (KS11) turun -0,38% di 2.696,78 dan Hang Seng Hong Kong (HSI) melesat 0,05% di 21.423,50. Sementara Nikkei 225 Jepang (N225) masih libur dengan ditutup naik 0,65% di 26.827.

Shanghai Composite China (SSEC) melambung 0,10% di 3.254,25, Taiwan Weighted (TWII) menguat 0,67% di 17.573,61. Adapun Straits Times Singapura tumbuh 0,21% di 3.337,74, SET Thailand naik 0,28% di 1.683,16, dan Australia ASX 200 (AXJO) menanjak 0,03% di 7.296,80.

Sementara Indonesia Composite Index atau IHSG koreksi -0,05% di 6.951,26.

Pasar ekuitas Asia tampak mulai kondusif menyikapi pertempuran di Ukraina, membangkitkan harapan adanya kesepakatan damai antar-kedua negara tersebut.

Kabar terbaru, Menteri luar negeri Turki mengatakan pada hari Minggu (20/3) bahwa Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan terkait isu-isu penting dan berharap untuk mencapai gencatan senjata.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan akan melakukan perjalanan ke Eropa pada hari Kamis depan (24/3) untuk bertemu pemimpin sekutu NATO dan akan mengunjungi Polandia pada hari Jumat.

Dari bursa obligasi, pasar dinilai akan lebih siap untuk menyambut peningkatan suku bunga Federal Reserve, setelah pengumumkan kenaikan 25 basis poin pada beberapa waktu sebelumnya. Gubernur Fed Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan pidato pada Senin waktu setempat.

Analis memperkirakan Fed akan mendongkrak suku bunga sebanyak 1,75% hingga 3,00% hingga akhir tahun.

"Dalam rangka menyeimbangkan risiko kenaikan inflasi jangka pendek dengan risiko penurunan pertumbuhan, bank sentral memberi sinyal yang jelas bahwa kebijakan mereka saat ini sedang menuju normalisasi," kata kepala ekonom JPMorgan, Bruce Kasman, dilansir Reuters, Senin (21/3/2022).

Kendati demikian, sanksi pasokan energi dari Rusia yang berkelanjutan masih akan mendorong inflasi AS, sekaligus memberi dampak terhadap kenaikan harga di tingkat global.

Naiknya harga juga akan berdampak terhadap daya beli konsumen di seluruh dunia. (TYO)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement