IDXChannel – Industri pusat data atau data center punya potensi yang besar di Indonesia. Pada 2030 mendatang, permintaan data center di Tanah Air diproyeksikan akan tumbuh hingga 1.576 megawatt (MW).
Data center merupakan fasilitas yang dikelola untuk kebutuhan sistem dan komponen komputer meliputi penyimpanan data (database) dan telekomunikasi. Selain itu, fungsi data center adalah sebagai penempatan server untuk website serta database.
Tingginya permintaan data center di Indonesia dapat membuka peluang bisnis industri ini, mengingat total kapasitas data center eksisting di Tanah Air per akhir 2021 hanya sebanyak 81 MW.
Adapun laporan Baxtel, Cushman & Wakefield mencatat, kapasitas data center terbesar di Tanah Air dimiliki oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yakni mencapai 37 MW. Selain itu, Biznet menyusul dengan kapasitas data centernya sebesar 20 MW.
Princeton Digital, penyedia data center yang berbasis di Singapura juga memiliki data center di Indonesia yang kapasitasnya mencapai 17 MW. Perusahaan ini berinvestasi sebesar Rp2,1 triliun untuk memperkuat bisnisnya di Tanah Air.
Princeton Digital membangun data center baru bernama Jakarta Cibitung 2 dengan kapasitas sebesar 22 MW di lahan seluas 19.550m2. Informasi saja, perusahaan ini sudah memiliki 19 data center di berbagai negara seperti China, Jepang, Singapura, India, dan Indonesia.
Kemudian PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), juga memiliki data center berkapasitasi 5 MW. Akan tetapi, entitas perusahaan milik Lippo Group ini tercatat melepas unit usahanya yang bergerak di bisnis data center.
Adapun anak usaha yang dilepas yakni PT Graha Teknologi Nusantara (GTN)seiring kinerja keuangan GTN yang terus merugi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Sementara Data Center Journal melaporkan hingga September 2020, Indonesia memiliki 74 unit data center. Dari jumlah tersebut, 48 unit diantaranya berada di Jakarta. Dengan demikian, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah data center terbanyak di ASEAN.
Sebagai perbandingan, Thailand memiliki 41 data center sedangkan Malaysia memiliki 23 data center. Selain itu negara ASEAN lainnya yakni Vietnam, Myanmar, Kamboja, Filipina, dan Brunei Darussalam hanya memiliki data center kurang dari lima unit.
Selain unggul dalam infrastruktur, pasar data center di Indonesia juga potensial. Laporan Mordor Intelligence mengungkapkan, pasar data center di Tanah Air pada 2021 sudah mencapai USD1,67 miliar. Angka ini akan terus bertumbuh menjadi USD3,43 miliar pada 2027 mendatang.
Selain itu, Statista juga mencatat bahwa pendapatan pasar komputasi awan (cloud) di Indonesia meningkat pesat dalam kurun enam tahun terakhir. Pada 2016, pasar cloud Tanah Air hanya sebesar Rp2,4 triliun kemudian bertumbuh 608,33 persen menjadi Rp17 triliun pada 2022.
Seiring besarnya potensi pasar data center di Tanah Air, berbagai pemaincloudglobal mengincar pasar Indonesia. Bahkan nama besar seperti Alibaba, Amazon, hingga Google berbondong-bondong berinvestasi hingga membangun data center dalam negeri.
EdgeConneX misalnya, membeli data center yang sebelumnya dimiliki oleh MLPT dan Mitsui & Co Ltd. Perusahaan ini menyediakan data center di Indonesia untuk keperluan perusahaan lokal hingga luar negeri seperti China hingga Amerika Serikat.
Amazon Web Services (AWS) secara resmi membuka AWS Asia Pacific Jakarta Region. Adapun investasi yang digelontorkan mencapai Rp71 triliun selama 15 tahun ke depan melalui AWS Asia Pacific Jakarta Region yang baru.
Investasi ini mencakup belanja modal untuk pembanginan data center hingga biaya operasional terkait dengan utilitas dan biaya fasilitas. Informasi saja, AWS Asia Pacific Jakarta Region merupakan pangkalan data yang membuat layanan pelanggan lebih murah dan efisien.
AWS menyediakan layanan cloud untuk berbagai perusahaan di Indonesia seperti Kompas, Lion Air, MNC Group, Anteraja, Traveloka, XL Axiata, dan lain sebagainya.
Saat ini, AWS sudah memiliki 84 Availability Zone di 26 wilayah geografis secara global. Investasi data center di Jakarta tersebut diperkirakan akan menciptakan 24,7 ribu lapangan pekerjaan setiap tahunnya selama 15 tahun mendatang.
Alibaba juga tercatat membangun dua data center di Tanah Air pada 2018 dan 2019. Adapun produk dan layanan unggulan Alibaba Cloud yakni elastic computing, basis data, jaringan penyimpanan data, hingga solusi untuk mengatasi tantangan industri vertikal.
Perusahaan ini berkomitmen untuk berinvestasi sebesar Rp435 triliun untuk pengembangan layanan cloudselama tiga tahun seiring meningkatnya permitaan perangkat lunak atau softwaredi Tiongkok yang melonjak selama pandemi Covid-19.
Raksasa teknologi Google juga resmi mendirikan data centernya di Indonesia, tepatnya di Jakarta pada semester I 2020 silam. Google Cloud merupakan layanan komputasi awan yang menyediakan penyimpanan data hingga analisis data.
Adapun 18 perusahaan nasional tercatat menggunakan layanan berbasis cloud ini, termasuk CT Corp, Tokopedia, Blue Bird, hingga Bukalapak. Per 2020, Google Cloud sudah mengoperasikan 58 zona data center di 19 wilayah di seluruh dunia.