Sempat Naik Daun, Saham Emiten Data Center Merosot Berjamaah Tahun Ini
Ramainya berbagai perusahaan teknologi yang bergerak di sektor bisnis data center membawa sentimen positif bagi pergerakan sahamnya. Beberapa emiten di sektor ini mengalami lonjakan harga saham sejakperdana melantai di bursa pada 2021 lalu.
Emiten tersebut adalah DCII yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Januari 2021 lalu, serta EDGE yang ikut melantai perdana di bursa pada 8 Februari 2021.
Hampir setiap hari selama sebulan usai melantai, saham DCII langsung melesat tembus auto reject atas (ARA). Bila dibandingkan dengan saat pertama kali melantai, harga saham DCII sudah tembus 8.376,19 persen sejak Januari 2021 lalu.
Adapun data BEI per Kamis (28/7) mencatat, harga saham DCII sudah naik hingga Rp35.600/saham dibanding harga penawaran perdananya yakni Rp420/saham.
Sementara saham EDGE juga ikut meroket setelah melantai di bursa. Adapun harga saham EDGE sudah terkerek hingga 172,54 persen sejak melantai di bursa tahun lalu.
Menurut data BEI, harga saham EDGE per Kamis (28/7) menyentuh Rp20.100/saham. Sementara harga sahamnya saat melantai perdana dibursa dibuka di level Rp7.375/saham.
Meski mengalami kinerja saham yang cemerlang tahun lalu, kedua emiten ini tidak dapat mempertahankan performa sahamnya di zona hijau sepanjang 2022.
BEI mencatat,per Rabu (27/7/2022), harga saham DCII anjlok memerah hingga minus 19,04 persen secara year to date(YTD). Sementara saham EDGE juga turun hingga minus 14 persen secara YTD pada periode yang sama.
Emiten penyedia data center lainnya yakni BSDE juga mencatatkan performa saham yang anjlok di minus 9,90 persen secara YTD pada penutupan perdagangan Rabu (27/7/2022).
Walaupun saham emiten penyedia data center kompak melemah sepanjang tahun 2022, TLKM menjadi satu-satunya emiten sektor ini yang tetap tumbuh positif secara YTD, adapun saham TLKM masih tumbuh 5,45 persen sepanjang tahun 2022.
Tumbuhnya saham TLKM diiringi dengan kinerja keuangan yang baik pada triwulan I-2022. Di periode ini, emiten BUMN ini mencetak pendapatan bersih hingga Rp35,21 triliun.
Sementara laba bersih yang dibukukan mencapai Rp6,12 triliun atau tumbuh sebesar 1,73 persen. Ini menjadi satu-satunya emiten telco yang laba bersihnya masih bertumbuh di triwulan I-2022.
Tumbuhnya laba bersih TLKM didukung oleh meningkatnya pendapatan bersihnya. Adapun dalam laporan keuangannya disebutkan, pendapatan bersih TLKM sebagian besar disumbang oleh pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika sebesar 56,83 persen.
Sementara sumber pendapatan dari segmen tersebut pada triwulan pertama tahun ini yaitu mencapai Rp20,01 triliun.
Namun demikian, di tengah kinerja saham yang buruk, emiten data center lainnya mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang melonjak secara tahunan (year on year/yoy).
EDGE misalnya, yang pendapatan bersihnya memiliki pertumbuhan tertinggi mencapai 42,65 persen pada triwulan I-2022 menjadi Rp180,36 miliar. Sementara laba bersihnya juga terkerek hinga 56,74 persen menjadi Rp34,22 miliar.
Sedangkan DCII juga mencatatkan pendapatan bersih yang tumbuh hingga 25,51 persen secara yoy. Sebagaimana dilansir dalam laporan keuangan emiten pada triwulan I-2022, DCII mencetak pendapatan bersih sebesar 215,26 miliar.
Adapun pada periode ini, DCII berhasil membukukanlaba bersihnya sebesar Rp63,81 miliar atau tumbuh 32,77 persen secara yoy.
Terakhir yakni BSDE yang pendapatan bersihnya tertinggi setelah TLKM, yakni mencapai Rp2,03 triliun pada triwulan pertama tahun ini atau naik hingga 21,43 persen.
Kendati demikian, tidak seperti emiten data center lainnya, BSDE menjadi satu-satunya emiten yang laba bersihnya anjlok hingga minus 42,01 persen di triwulan I-2022. Adapun laba bersih yang dibukukan emiten ini turun menjadi Rp347,90 miliar di periode ini.
Merosotnya laba bersih BSDE salah satunya disebabkan oleh meningkatnya beban pokok penjualan sebesar 71,76 persen di triwulan I-2022 menjadi Rp767,38 miliar.
Sementara beban usaha juga turut meningkat 32,06 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp628,93 miliar pada triwulan I-2022. (ADF)
Periset: Melati Kristina