Aksi jual aset nampak jelas, misalnya yang terlihat pada indeks acuan CSI yang merosot lebih dari dua persen dalam minggu ini. Sedangkan obligasi dolar dengan imbal hasil tinggi telah turun selama tujuh hari berturut-turut.
“Hasil kongres menunjukkan hal yang berbeda dari apa yang diharapkan oleh pasar, dalam hal (kebijakan) zero COVID-19, properti, dan kepemimpinan senior,” ujar Kepala Ekonom di Grow Investment Group, Hao Hong, di Hong Kong, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Sedangkan Ahli Strategi Pasar di Saxo Capital Market, Redmond Wong, mengingatkan bahwa pasar China yang kini tampak lesu disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat, baik dari segi siklis maupun struktural.
Menurut Wong, kinerja pasar saat ini sangat buruk, sehingga investor menantikan kebijakan yang lebih bersifat mendorong pemulihan ekonomi. Sementara di lain pihak, Xi Jinping, justru lebih menaruh perhatian pada kemandirian teknologi, kebijakan Zero Covid dan minimnya penanganan krisis properti.
Melihat kinerja saham dan yuan yang melemah mengisyaratkan kegagalan China dalam menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. Para analis mempermasalahkan beban hutang yang dirasa membebani pertumbuhan ekonomi.