"Sangat patut diduga ini semuanya lebih banyak karena Covid. Misalkan untuk pembangunan pembangkit, karena aktivitas di lapangan juga dibatasi apalagi di dalamnya ada keterlibatan tenaga kerja asing, maka kemudian terpaksa target COD dimundurkan. Kemudian itu membuat target tahun 2020 tidak sebagaimana yang kita targetkan di awal. Karena pembangkitnya mundur, di gardu induk dan transmisi biasanya ikutan. Terlihat dari sini juga tumbuhnya mirip-mirip, di antara 50%-60% penambahannya," imbuh Rida.
Rida juga menjelaskan, tidak tercapainya target ini dikarenakan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang menyebabkan konsumsi listrik pada sektor industri dan bisnis turun.
"Di rumah tangga [konsumsi listrik] naik, tetapi di industri dan bisnis turun drastis. Maka secara resultan konsumsi perkapita di tahun 2020 tidak sesuai dengan target. Tetapi masih cukup menggembirakan, mencapai 95% dari target," imbuh Rida.
Dirinci Rida, untuk pengembangan smart grid, pada 2020 telah mencapai target yakni di 5 lokasi. Sementara Reserve Margin sistem sebesar 30,10% atau melebihi target yang ditetapkan 25%. Investasi di subsektor ketenagalistrikan tercatat sebesar USD7,04 miliar atau 59% dari target USD 11,95 miliar.
Susut jaringan tenaga listrik tahun lalu hanya 8,39%, lebih rendah dari target sebesar 9,2%. Sementara untuk penurunan emisi CO2 pembangkit mencapai 8,78 juta ton atau hampir 2 kali lipat dari target 4,71 juta ton (186%).