IDXChannel - Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) masih menjadi tekanan bagi gerak bursa saham di dunia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Investor diminta untuk mencermati saham sektor ini.
Pasar saham AS atau Wall Street sedang terjadi pelemahan yang cukup signifikan. Hal tersebut disinyalir membawa pengaruh bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa hari ini.
CEO Advisor.id, Praska Putrantyo mengatakan, jika dicermati untuk bursa saham global kompak mengalami koreksi setelah bank sentral AS atau The Fed terus agresif menaikkan suku bunga hingga inflasi belum bisa turun secara signifikan.
"Hal ini tentu saja akan mendorong para investor di pasar uang, terutama pasar saham beralih ke safe haven dolar AS, di mana akhirnya dolar AS menguat. Ini juga menekan saham-saham teknologi, komoditas terutama yang mereka didominasi oleh dolar AS," jelas Praska dalam segmen Market Buzz Power Breakfast IDX, Selasa (27/9/2022).
Menurut Praska, kinerja investor asing sejalan dengan setelah saham AS mengonfirmasi kenaikan imbal hasil. Adapun tren suku bunga terus membuat investor memilih antara pasar saham atau dolar AS.
"Tak terkecuali Indonesia ya yang membuat dampak pelemahan yang tadinya di level 7.300-an sekarang sudah kembali menuju level 7.100-an. Ini yang kita lihat tekanan masih berlanjut," ungkap Praska.
Meskipun secara rilis kinerja emiten-emiten di Indonesia membukukan kenaikan, namun hal tersebut sudah dikonfirmasi oleh reli pasar saham yang menembus angka 7.300.
"Di samping itu juga kalau kita lihat indikator RSI nya memang pergerakan bursa saham kita ini cenderung membentuk koreksi negatif yang artinya sejak bulan Agustus pasar saham yang sudah terus menaik dan di saat yang sama RSI terus menurun," jelasnya.
Dengan adanya krisis energi hingga ekonomi, hal itu yang membuat pelaku pasar semakin yakin tekanan semakin besar di ekonomi dan perlambatan di AS sudah terlihat.
Untuk saat ini, investor memang tidak bisa melakukan agresif buying, harus secara bertahap dan selektif karena Indonesia juga sudah melakukan kenaikan suku bunga yang cukup signifikan.
"Para investor juga disarankan memilih sektor yang tidak sensitif terhadap kenaikan suku bunga atau perbankan, mungkin kita bisa memilih perbankan yang lebih resilien terhadap kenaikan suku bunga," katanya.
Sektor yang bisa dicermati menurut Praska adalah telekomunikasi, infrastruktur telekomunikasi atau logam yang terkait dengan mobil listrik.
(FAY)