Berdasarkan riset Samuel Sekuritas, Selasa (17/6/2025) situasi tersebut meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak melalui Selat Hormuz, yang dapat mendorong inflasi AS lebih tinggi dan memicu penundaan pelonggaran suku bunga oleh The Fed, atau bahkan berbalik menjadi hawkish.
Jika kondisi ini berlanjut, tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, berpotensi meningkat.
Apalagi, posisi IHSG kini berada dekat dengan skenario optimistis (bull case) di level 7.200, membuat ruang penguatan relatif terbatas.
Saham komoditas dan konsumer jadi incaran
Dengan meningkatnya ketidakpastian global, analis merekomendasikan strategi rotasi sektor menuju saham-saham penghasil dolar dan defensif.
Sektor yang berkaitan dengan komoditas, seperti MEDC dan AKRA (terkait minyak), serta ANTM dan BRMS (logam mulia), dinilai akan diuntungkan sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Selain itu, sektor konsumsi juga tetap menjadi pilihan utama, seiring peluncuran paket stimulus pemerintah senilai Rp24,4 triliun, yang merupakan yang terbesar sejak pandemi.