sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kilas Komoditas di 2023, Emas Paling Berkilau, Batu Bara Merana

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
27/12/2023 15:34 WIB
Sejumlah komoditas utama, seperti batu bara, emas, minyak sawit (crude palm oil/CPO) hingga minyak mentah, bergerak cukup fluktuatif sepanjang 2023.
Kilas Komoditas di 2023, Emas Paling Berkilau, Batu Bara Merana. (Foto: MNC Media)
Kilas Komoditas di 2023, Emas Paling Berkilau, Batu Bara Merana. (Foto: MNC Media)

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) juga mengatakan kinerja industri kelapa sawit nasinal sepanjang 2023, tidak lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dari segi harga, tahun ini tidak sebaik pada 2022.

Sebagai informasi, hingga Agustus 2023, produksi minyak sawit RI mencapai 36,3 juta ton dengan ekspor termasuk biodiesel dan oleokimia lebih dari 23,4 juta ton. Hal itu memberikan kontribusi sekitar USD20,6 miliar terhadap devisa Indonesia.

Sementara, pada 2022 produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 46,729 juta ton, lebih rendah dari produksi 2021 yang sebesar 46,88 juta ton.

Batu Bara

Harga batu bara berjangka Newcastle masih tertekan 63,67 persen sepanjang 2023. Kinerja harga batu bara terus merosot sepanjang tahun ini karena permintaan yang lesu di tambah tidak adanya sentimen yang mendorong terkereknya harga.

Namun, menjelang tutup tahun, harga batu bara memperpanjang momentum kuatnya menuju USD145 per ton pada perdagangan Rabu (27/12). Kinerja harga batu bara baru-baru ini mendekati level tertinggi dalam dua bulan terakhir, di tengah meningkatnya permintaan dari konsumen utama.

Jepang dan Korea Selatan yang merupakan konsumen utama batu bara bermutu tinggi dalam indeks Newcastle di luar Australia, meningkatkan aktivitas pembelian mereka menjelang akhir tahun. Ini karena perusahaan utilitas lebih banyak menggunakan batu bara termal dibandingkan gas alam cair untuk menghasilkan listrik tambahan dan memenuhi permintaan di musim dingin.

Data dari Kpler menunjukkan bahwa Jepang akan mengimpor hampir 10,4 juta ton batu bara termal melalui laut pada bulan Desember, terbesar sejak Maret. Sementara Korea Selatan diperkirakan akan mengimpor 8,6 ton batu bara termal bermutu tinggi yang merupakan angka impor terbesar sejak Juli 2021.

Perkembangan tersebut sangat kontras dengan melemahnya permintaan batu bara kualitas rendah, yang sebagian besar disebabkan oleh lesunya pembelian dari India dan China.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah terus mengalami tekanan sepanjang tahun ini di tengah upaya organisasi negara eksportir minyak OPEC memangkas produksi untuk mendukung harga minyak hingga terjadinya perang Israel-Palestina dan yang terbaru serangan terhadap kapal minyak di Laut Merah oleh milisi Houthi.

Sepanjang 2023, harga minyak masih tertekan Brent masih tertekan 3,41 persen dan minyak West Texas Intermediate (WTI) tertekan 4,63 persen secara tahunan (yoy).

Per 27 Desember 2023, harga minyak mentah Brent berada pada USD81 per barel dan USD75,4 untuk minyak WTI.

Minyak mentah Brent Eropa dan minyak mentah WTI AS menjadi tolok ukur terpenting yang digunakan oleh para trader sebagai acuan harga minyak dan bensin.

Harga minyak sempat mencapai masa jaya pada Maret 2022. Harga minyak kala itu melonjak ke level tertinggi yang belum pernah terjadi sejak tahun 2008 akibat perang Rusia-Ukraina.

Penurunan tajam minyak terjadi pada paruh kedua 2022 yang merupakan cerminan ketidakpastian pasar atasisu  resesi global. Harga minyak kemudian terus tertekan hingga menjelang akhir 2023.

Sementara itu, pengurangan produksi lanjutan yang diumumkan oleh OPEC pada November 2023 diperkirakan tak akan banyak membantu kenaikan harga ke depan.

Berdasarkan laporan terbaru IEA, permintaan minyak dari China naik ke rekor tertinggi sebesar 17,1 juta barep per hari pada September di tengah upaya negara tersebut meningkatkan kinerja ekonomi yang terus tertekan.

Permintaan minyak global keseluruhan juga diperkirakan akan melambat menjadi 930 juta barel per hari pada 2024.

Produksi minyak dunia juga meningkat sebesar 320 ribu barel per hari pada bulan Oktober menjadi 102 juta barel per hari.

Pertumbuhan produksi di AS dan Brasil melampaui perkiraan, sehingga membantu mendorong pasokan global lebih tinggi sebesar 1,7 juta juta ton/hari ke rekor 101,8 juta juta ton/hari pada 2023.

IEA juga menyebutkan, tidak ada dampak material terhadap aliran pasokan minyak akibat perang antara Israel dan Hamas yang dimulai pada awal Oktober lalu.

Sebelumnya, pada 2020, pandemi virus corona mengakibatkan harga minyak mentah merosot tajam karena permintaan minyak menurun drastis akibat lockdown dan pembatasan perjalanan.

Seperti kebanyakan komoditas, harga minyak mentah dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, serta persediaan dan sentimen pasar.

Namun, karena minyak paling sering diperdagangkan dalam kontrak berjangka (di mana kontrak disepakati, dan pengiriman produk akan dilakukan dalam dua hingga tiga bulan ke depan), spekulasi pasar merupakan salah satu faktor penentu utama harga minyak. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement