Melvin menuturkan, harga acuan amonia AS sempat turun 50% QoQ pada kuartal II-2023, dan sebesar 14% pada kuartal III, sehingga menyentuh level terendah di USD277 per ton. Namun, pemulihan penjualan ESSA pada kuartal akhir tahun lalu diproyeksi bakal berlanjut.
Sebagai catatan, secara tahunan atau year-on-year (YoY), pendapatan ESSA turun 36% YoY. Beban pokok penjualan (-37% YoY) dan beban keuangan (-59% YoY) turun lebih signifikan, sehingga margin laba bersih tetap meningkat ke level 22,1% (vs kuartal IV-2022: 19,6%).
Menurut Melvin, penurunan signifikan kinerja ESSA secara tahunan disebabkan oleh efek high base, di mana indeks harga acuan amonia naik signifikan dan stabil di USD1.100—1.300 per ton pada 2022 akibat perang Rusia dan Ukraina.
Baginya, kenaikan harga jual amonia berpeluang mengerek performa ESSA pada tahun ini, meskipun masih terdapat tantangan makroekonomi.
“Ketidakpastian makroekonomi global berpotensi membuat indeks harga acuan amonia berfluktuatif, sehingga dapat berdampak pada naik-turunnya kinerja ESSA secara kuartalan,” paparnya.
Hingga Senin (5/2) pukul 13:59 waktu JATS, saham ESSA naik 5,94% di Rp535 per saham. Transaksi-net mencapai Rp34,97 miliar, dengan net-volume 65,28 juta saham.
(FAY)