Angka itu terbilang rendah dibanding 45 persen dan 35 persen pada 10 tahun yang lalu ketika taper tantrum. Taper tantrum terjadi setelah pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral AS pada 2013, yang memicu kenaikan nilai tukar dolar AS.
Selain dicabutnya status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga, dia mengatakan optimisme terhadap IHSG tersebut juga ditambah beberapa faktor lain.
Di antaranya adalah nilai investasi asing langsung (FDI) yang tinggi, makroekonomi dari kinerja neraca berjalan dan cadangan devisa valas, potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat, potensi kenaikan harga komoditas pertanian (soft commodities), dan valuasi IHSG yang relatif murah. (TYO)