Analis tersebut menilai, kinerja PGAS dari sisi hulu juga masih cukup baik meski ada rencana penjualan Lapangan Gas Pangkah. Harga minyak WTI yang naik 8,7% sejak awal tahun ini akan menopang kinerja anak usaha PGAS, Saka Energi.
"Saka melaporkan top-line (pendapatan) kuartal I-2024 USD113,8 juta, turun 11,8% atau 12% dari pendapatan PGAS sebelum mencapai USD440 juta sepanjang 2024, naik 5,2% secara tahunan, setara 13,3% dari total pendapatan PGAS," katanya.
Kendati demikian, PGAS juga tetap memiliki risiko, baik secara eksternal maupun internal. Ancaman terhadap pendapatan PGAS datang dari rencana pemerintah untuk memperluas kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) USD6 per mmbtu dari 7 menjadi 11 industri.
"Skema HGBT disubsidi, sehingga sama sekali tidak menghasilkan marjin bagi PGAS, sehingga berpotensi menekan marjin laba PGAS secara keseluruhan," ucapnya.
Selain itu, kasus dugaan korupsi yang melibatkan perseroan, termasuk proyek terminal LNG di Teluk Lamong juga berpotensi mengurangi pendapatan Rp383 miliar dan laba bersih Rp242 miliar dari transaski dengan PT Inti Alasindo Energy.