Optimisme ini didukung oleh perolehan kontrak baru senilai Rp27,34 triliun, dengan burn rate sebesar 14 persen.
Sejumlah proyek baik independen maupun Joint Operation, serta sentimen hilirisasi industri dan pembukaan kembali anggaran Ibu Kota Nusantara (IKN), dinilai menjadi katalis positif bagi kinerja perseroan ke depan.
Di sisi lain, kontrak yang berasal dari pemerintah diperkirakan tetap terbatas sejalan dengan efisiensi anggaran dan fokus pemerintah pada pengembangan non-fisik. Namun demikian, peluang masih terbuka luas dari sektor swasta dan BUMN, terutama untuk proyek hilirisasi industri dan infrastruktur pendukung.
Komposisi sumber pendanaan mulai bergeser
Saat ini, PTPP tengah mengelola 76 proyek yang tersebar di beberapa wilayah, dengan dominasi proyek di Pulau Jawa (37 proyek), Kalimantan (13 proyek), dan Sumatra (9 proyek). Realisasi kontrak baru mencapai Rp7,39 triliun, di bawah ekspektasi Phintraco (27 persen) maupun proyeksi manajemen (26 persen).
Menariknya, kontribusi pendanaan dari sektor swasta meningkat signifikan menjadi 45 persen diikuti BUMN sebesar 38 persen. Sementara kontribusi proyek pemerintah turun menjadi 17 persen. Pergeseran ini mencerminkan peran swasta dan BUMN yang kian dominan seiring penyesuaian alokasi anggaran pemerintah.