Reuters menyebutkan, batu bara Indonesia sangat populer di kalangan utilitas pesisir China bagian selatan karena kandungan sulfurnya yang relatif rendah dan memungkinkan batubara tersebut menyatu dengan baik dengan pasokan domestik yang mengandung sulfur lebih tinggi.
Minat China terhadap batu bara Indonesia telah membantu kenaikan harga, dengan lembaga pelaporan harga komoditas Argus memperkirakan bahan bakar dengan kandungan energi 4.200 kilokalori per kg (kkal/kg) berada pada harga USD58,94 per metrik ton menjelang akhir November lalu.
Ini adalah kenaikan mingguan kedua berturut-turut dan nilai ini sekarang 17 persen lebih tinggi dari level terendah sepanjang tahun ini sebesar USD50,38 per metrik ton, yang dicapai pada 25 Agustus.
Namun, harga batu bara Indonesia yang lebih tinggi kemungkinan akan menyebabkan berkurangnya minat terhadap India, importir batu bara terbesar kedua di dunia.
Minyak Mentah
Minyak mentah berjangka WTI masih stabil di level USD73 per barel pada perdagangan Selasa (5/12), sementara minyak mentah Brent diperdagangkan di kisaran USD78 per barel pada periode yang sama.
Harga minyak turun lebih dari 6 persen selama tiga sesi terakhir di tengah keraguan bahwa pengurangan pasokan oleh OPEC+ akan berdampak signifikan dan melemahnya data di negara-negara besar memicu kekhawatiran akan melemahnya permintaan energi.
Pekan lalu, beberapa anggota OPEC+ termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait mengumumkan pengurangan sukarela tambahan hingga total 2,2 juta barel per hari, sementara anggota lainnya belum membuat kesepakatan.
Menteri Energi Arab Saudi juga mengatakan kepada Bloomberg pada Senin (4/12) bahwa pengurangan pasokan OPEC+ dapat berlanjut hingga melewati kuartal pertama jika diperlukan.
Di tempat lain, investor terus menilai prospek atas situasi geopolitik di Timur Tengah seiring meningkatnya pertempuran di Gaza pada akhir pekan.
Emas
Emas stabil di sekitar USD2.030 per troy ons pada perdagangan Selasa (5/12) setelah menghadapi peningkatan volatilitas di sesi sebelumnya, di mana logam mulia ini melonjak lebih dari 3 persen hingga di atas USD2,100 per troy ons sebelum pembalikan dramatis hingga 2 persen.
Pergerakan tersebut terjadi seiring meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral The Fed AS akan mempertahankan suku bunga tetap stabil selama pertemuan bulan ini dan dapat mulai menurunkan suku bunga pada tahun depan.
Para investor pada awalnya menggandakan taruhan ini meskipun Ketua The Fed Jerome Powell menolak pembicaraan “prematur” mengenai pelonggaran moneter.
Investor sekarang menantikan data laporan pekerjaan bulanan AS pada Jumat mendatang yang dapat memberikan petunjuk mengenai jalur suku bunga di masa depan. (ADF)