Pada tahun ini, ADHI memasang target konservatif minimal sama dengan tahun lalu mengingat tahun ini adalah tahun politik. Terkait penurunan nilai kontrak, Rozy mengatakan, ADHI juga bersikap lebih selektif dan cermat dalam pemilihan setiap proyek baru dengan memperhatikan skema pembayaran yang baik.
"Dan kami juga melakukan monitoring piutang proyek khususnya proyek-proyek besar untuk menjaga kas operasi tetap positif," kata Rozy.
Hingga 30 September 2024, BUMN konstruksi itu membukukan penurunan pendapatan usaha hingga 20 persen menjadi Rp9,1 triliun yang berasal dari pendapatan non-joint operation (NJO). Pendapatan itu disumbang oleh sejumlah proyek infrastruktur seperti Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, dan beberapa proyek lainnya.
Namun, kata Rozy, pendapatan ADHI sebenarnya tumbuh 13 persen jika memasukkan pendapatan JO. Jika digabung JO dan NJO, pendapatan Adhi Karya mencapai Rp17 triliun, tumbuh 13 persen. Namun secara akuntansi, proyek JO tak masuk laporan keuangan dan hanya dicatat sebagai bagian dari Laba Ventura Bersama.
Untuk pos Laba Ventura Bersama, ADHI mencapat pendapatan tumbuh dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp277,6 miliar menjadi Rp568,7 miliar. Pendapatan ini dikontribusikan dari dari proyek Pembangunan Rumah Susun Polri dan BIN IKN, MRT Jakarta Fase II, dan beberapa proyek lainnya.
(Rahmat Fiansyah)