KRAS Bakal Gelar Rights Issue, Silmy Karim Incar Dana Rp2,9 Triliun

IDXChannel - Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim, berencana untuk menarik dana segar dari penyelenggaraan rights issue. Dalam aksi korporasi ini, dia mengincar dana segar sebesar sebesar USD200 juta atau setara Rp2,9 triliun.
Meski langkah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) masuk dalam skema pendanaan baru emiten baja pelat merah ini, Silmy belum membocorkan waktu pelaksanaan rights issue-nya.
Menurutnya, aksi menghimpun dana segara di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan dilakukan, bilamana sejumlah perencanaan strategis sudah direalisasikan lebih dulu. Hal ini berdasarkan arahan Menteri BUMN Erick Thohir.
"Tergantung sikon, hasil diskusi dengan Kementerian BUMN, kita benerin dulu beberapa hal, perencanaan strategis. Dan lain sebagainya setelah itu baru right issue," ungkap Silmy kepada Wartawan, Jumat (13/5/2022).
Di lain sisi, Silmy tidak menapikan kemungkinan rights issue bisa dilakukan pada semester II-2022 atau di semester I-2023.
"Semester II (2022) atau semester 1 2023, kan bisa juga ada right issue yang perusahaan, kan bisa, misalnya ada strategic partner, ada perusahaan luar negeri atau BUMN mau ngambil right issue KRAS, boleh dong," ucap dia.
Hingga akhir tahun ini, Krakatau Steel menargetkan pengurangan utang sebesar 50 persen. Silmy menyebut ada sejumlah langkah strategi yang ditempuh agar target bisa terealisasi hingga akhir tahun ini.
Adapun strategi yang dimaksud berupa divestasi aset, cash flow perusahaan, right issue, dan masuknya investor baru. Untuk divestasi aset, emiten akan melepas sejumlah bidang tanah hingga sahamnya. Adapun target pendanaan mencapai USD 300 juta.
Sementara target anggaran yang dihimpun dari cash flow perusahaan pada tahun ini sebesar USD250 juta. Dengan begitu, upaya pengurangan utang perusahaan yang bersumber dari aksi korporasi ini mencapai USD524 juta.
"Targetnya tahun ini, ini kan masih flid, dari divestasi itu kita bisa mendapatkan USD300 juta dari divestasi, dari aksi korporasi dan cash flow sekitar USD 250 juta. Alokasi buat utang USD524 juta," ucap dia. (TYO)