Pola 'inverted' sebetulnya telah terjadi pada beberapa pekan terakhir, seperti yield US Treasury 3 tahun dan 5 tahun pada 18 Maret 2022, dan yield US Treasury 5 tahun dan 30 tahun pada 28 Maret 2022.
Kondisi demikian menghadirkan sinyal bahwa pelaku pasar lebih dominan memegang obligasi jangka pendek daripada jangka panjang, yang menandai ada kemungkinan risiko lebih besar dalam waktu dekat.
Damhuri mengungkapkan jika inverted yield curve telah muncul, maka diperkirakan akan timbul krisis dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini juga diperkirakan mengancam aset berisiko seperti saham.
"Kalau saya pelajari, biasanya kalau yield curve-nya sudah inverted dalam sekarang, itu biasanya sekitar setahun sampai 18 bulan ke depan akan ada resesi, termasuk resesi yang disebabkan karena Covid-19 kemarin di AS," tuturnya.
Damhuri mencermati petinggi bank sentral Amerika Serikat akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunga ketika ancaman resesi telah di depan mata.