Adapun, beban penjualan tercatat sebesar Rp7,66 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar Rp8,23 miliar.
“Target kami saat ini peningkatan volume penjualan di semua saluran, untuk meningkatkan market share. Oleh karena itu, kapasitas produksi pabrik baru nantinya akan meningkat agar suplai tidak terhambat,” jelasnya.
Hingga akhir Desember 2022, total nilai aset perseroan tercatat sebesar Rp38,76 miliar atau tumbuh 32,26% dari posisi akhir Desember 2021 yang sebesar Rp29,30 miliar. Liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp14,20 miliar dan ekuitas sebesar Rp24,55 miliar.
Lebih lanjut, kata Lutfiel, sesuai rencana bisnis Perseroan, NAYZ saat ini sedang menyiapkan proyek pembangunan pabrik baru yang berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Pembangunan direncanakan akan dimulai pada tahun ini dan ditargetkan selesai pada 2024.
Selain itu, NAYZ juga terus memperluas jaringan melalui pengembangan jalur modern trade yang sudah berjalan, serta menambah saluran baru penjualan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Adapun, saluran baru ini direncanakan segera berjalan di kuartal II 2023.
(SLF)