IDXChannel - PT United Tractors Tbk (UNTR) mencatatkan penurunan laba bersih di paruh pertama tahun 2025. Perseroan meraup laba sebesar Rp8,13 triliun atau turun 14,70 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,53 triliun.
Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen kontraktor penambangan yang terkendala curah hujan tinggi dan segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi akibat harga jual batu bara yang lebih rendah.
Meski demikian, sebagian dapat diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya serta mesin konstruksi.
Di sisi lain, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp68,5 triliun atau naik sebesar 6 persen dari Rp64,5 triliun pada periode yang sama di 2024. Pendapatan bersih tersebut terutama berasal dari segmen kontraktor penambangan sebesar Rp26,1 triliun, segmen mesin konstruksi sebesar Rp20,9 triliun, segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi sebesar Rp13,4 triliun, dan sebesar Rp7 triliun dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K Loebis menyampaikan, segmen usaha mesin kontruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 27 persen menjadi 2.728 unit yang didorong oleh peningkatan penjualan di semua sektor.
“Komatsu tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar alat berat. Berdasarkan riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu adalah 26 persen,” kata Sara dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat (1/8/2025).
Kemudian, penjualan Scania naik dari dari 182 unit menjadi 282 unit dan penjualan UD Trucks naik dari 82 unit menjadi 109 unit. Pendapatan perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2 persen menjadi Rp5,5 triliun.
Lalu, segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya PT Kalimantan Prima Persada (KPP Mining), sampai dengan semester pertama 2025 mencatatkan volume pekerjaan pemindahan tanah yang lebih rendah sebesar 9 persen menjadi 533 juta bcm dan volume produksi batu bara untuk para kliennya turun 2 persen menjadi 68 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,8x.
“Pemindahan tanah dan produksi batu bara klien yang lebih rendah disebabkan oleh curah hujan tinggi yang lebih tinggi dari proyeksi pada lima bulan pertama di tahun 2025,” ujar Sara.
Lebih lanjut, segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 60 persen menjadi Rp7 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan dan harga rata-rata emas.
(Dhera Arizona)