"Karena rata-rata dengan bertambahnya investor berkualitas itu secara tidak langsung sudah menunjukkan bahwa literasi keuangan sudah berjalan dengan baik, jangan sampai niatnya ingin mengedepankan literasi keuangan tapi yang terjadi investor-investor yang tidak berkualitas," kata dia.
"Yang tidak berkualitas seperti apa? Investor-investor yang lebih mengedepankan rumor, bandar, tapi tanpa paham industrinya atau perusahaannya dan yang penting dapat untung. Sebenarnya sah-sah saja ada investor yang merasa seperti itu, tapi kalau kita ingin investor berkualitas ya enggak seperti itu," sambungnya.
Oleh karena itu, dia menyebut pentingnya untuk mengembangkan investor berkualitas di Indonesia agar tidak terjerumus ke fenomena pompom saham. Sebab, jika hanya ingin mengejar market cap saja maka fenomena pompom saham lebih dibutuhkan.
"Dengan adanya OJK sebagai pengawas dan BEI sebagai wadah untuk melakukan transaksi dan sekuritas ada broker yang membantu atau memfasilitasi transaksi, kemudian ada analis yang memberikan hasil rekomendasinya, paling tidak itu bisa memberikan benefit buat investor dibandingkan mereka mendapatkan rekomendasi yang enggak jelas," ucapnya. (TYO)