Yulistyo Pratomo
IDXChannel - Perusahaan investasi asal Jepang, SoftBank, diproyeksi akan mendapatkan keuntungan sebanyak USD34,1 miliar dari hasil penjualan saham Alibaba. Keuntungan ini lebih besar dari jumlah yang dilaporkan sebelumnya.
Imbas dari penjualan tersebut, saham Alibaba turun menjadi 14,6 persen dari 23,7 persen pada akhir Juni lalu, Raksasa inventasi Jepang telah sepakat pada penyelesaian awal kontrak forward, yakni sekitar 242 juta American Depositary receipts.
Dengan demikian, SoftBank meraih lampu hijau atas rencananya mengurangi kepemilikan saham atas Alibaba, sebab modal yang dimiliki perusahaan asal Jepang itu sudah turun di bawah ambang batas sebesar 20 persen.
Kerugian yang ditimbulkan karena penurunan valuasi teknologi sehingga telah menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas keuangan di SoftBank. Hal ini pula mendorong SoftBank untuk mempercepat penjualan aset dan menekankan pengembalian investasi murni.
“Persaingan di ruang e-commerce China memanas dengan banyak pendatang baru. Mungkin tidak mudah bagi Alibaba untuk tetap berada di puncak selamanya,” beber analis intelijen Bloomberg, Marvin Lo, demikian dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/08/2022).
Kondisi ini juga tak lepas dari desakan para investor agar SoftBank segera melepaskan sahamnya di Alibaba. Sehingga, perusahaan ini dapat mengurangi eksposur terhadap ketidakpastian peraturan yang mengguncang ekonomi.
SoftBank telah mengumpulkan uang dengan menjual derivatif yang terkait dengan saham Alibaba selama bertahun-tahun. Hanya dalam empat bulan terakhir perusahaan ini telah menerima USD10,5 miliar dan USD6,8 miliar.
Dengan melakukan kontrak secara fisik, SoftBank akan melepaskan haknya untuk membeli kembali saham di masa depan. Pada 2016, SoftBank berkomitmen untuk menurunkan kepemilikan Alibaba.
Masayoshi Son, pendiri SoftBank, mengatakan memilih untuk bertahan sekaligus memangkas seluruh biaya operasi SoftBank.
Deflasi pasar global berkepanjangan disinyalir telah melemahkan kemampuan SoftBank untuk mendaftarkan portofolio investasinya. Perusahaan yang telah menyalurkan miliaran dolar ke ratusan perusahaan di seluruh dunia, sedang smemangkas seluruh kepemilikan mereka dan menurunkan biaya sembari menanti naiknya valuasi. (TYO/BAYU)
