Wafi memproyeksikan, IHSG akan bergerak pada rentang 7.800-8.000 di 2025. Target tersebut berdasarkan valuasi historikal IHSG. Menurut Wafi, angka 8.000 menjadi level optimistis indeks di 2025.
IHSG diproyeksi masih akan bergejolak di paruh pertama 2025. IHSG tengah dalam tren pelemahan menjelang akhir 2024.
Wafi menilai, turbulensi atau dinamika IHSG masih akan berlanjut. Paling tidak sampai dengan semester I-2025. Hal itu dikarenakan, sejumlah faktor yang berpengaruh dalam pelemahan indeks sepanjang tahun lalu akan mulai pulih pada kuartal I-2025.
Selain itu, adanya momentum seperti Ramadan, Idul Fitri dan Hari Raya Imlek juga menjadi katalis positif IHSG di kuartal I tahun ini.
Di samping itu, yang disebut sebagai potensi risiko di tahun lalu akan berangsur stabil, seperti kepastian pemangkasan suku bunga oleh The Fed, kebijakan pemerintahan baru AS, serta realisasi kebijakan pemerintahan baru di Indonesia.
“Kami masih melihat di 2025, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh sekitar 5 persen dan itu juga berdampak terhadap target IHSG di 2025,” ujar Wafi.
# Proyeksi IHSG 2025 dari Mandiri Sekuritas
Sektor Saham Pilihan di 2025
Sementara itu, Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG di akhir 2025 berada pada level 8.150. Pergerakan indeks diperkirakan berada di rentang 8.590-7.140.
Head of Equity Market Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan domestik, pasar saham akan mengalami ‘The Waiting Game’, menunggu kondisi lebih pasti.
Joezer menyebut, indeks akan menghadapi tekanan strategi bottom-up dan pada keadaan seperti ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk berfokus pada sektoral saat memasuki 2025.
“Kami mendorong para investor untuk berkonsentrasi pada area di mana perputaran uang akan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan menghadapi kondisi likuiditas yang masih ketat, dan volatilitas yang besar mungkin akan terus terjadi sampai adanya kepastian yang lebih besar,” kata Joezer.
Dari sisi sektoral, Joezer mengungkapkan, sektor konsumsi, sektor pangan, sektor properti, sektor telekomunikasi, sektor transportasi, dan ritel menjadi pilihan di kuartal I. Sementara di kuartal II-2025, sektor-sektor yang disukai adalah perbankan, otomotif, dan ritel.