Saat ini, PGEO telah menjadi perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia berdasarkan kapasitas terpasang, yakni mencapai 1.877 Megawatt (MW) per Juni 2025. Dari jumlah tersebut, 672 MW dioperasikan secara mandiri, sementara 1.205 MW dikembangkan bersama mitra melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Model kolaboratif ini memperluas jangkauan operasi sekaligus meningkatkan efisiensi proyek.
Prestasi ini tak hanya menempatkan PGEO di puncak industri panas bumi nasional, tetapi juga menegaskan peran vitalnya dalam menyuplai listrik bersih ke jutaan rumah tangga. Kontribusi nyatanya terhadap pengurangan emisi karbon diperkirakan mencapai hingga 9,7 juta ton CO₂ per tahun, menjadikannya bagian penting dari strategi menuju Net Zero Emissions 2060 Indonesia.
Pada 2024, PGEO mencatat produksi listrik sebesar 4.827,22 GWh, naik 1,96 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh optimalisasi kinerja di beberapa wilayah utama seperti Kamojang, Lahendong, dan Lumut Balai.
Presiden Direktur PGEO, Julfi Hadi, menegaskan bahwa ekspansi akan terus berlanjut. Selain mengejar target 1 GW kapasitas mandiri dalam dua tahun ke depan, perseroan juga tengah mengembangkan Unit 2 PLTP Lumut Balai di Muara Enim, Sumatra Selatan, yang baru saja menyelesaikan tahap sinkronisasi awal. Proyek ini akan menyumbang tambahan kapasitas sebesar 55 MW untuk jaringan listrik Sumatra, memperkuat diversifikasi energi di kawasan tersebut.
PGEO juga menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Komitmen ini tercermin dalam 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, termasuk 14 tahun berturut-turut untuk wilayah Kamojang.