Star Energy
Star Energy Geothermal juga terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri energi bersih nasional. Dengan kapasitas terpasang sebesar 886 MW, Star Energy kini menjadi produsen energi panas bumi terbesar di sektor swasta Indonesia, dan tengah menjalankan ekspansi demi mendukung target bauran energi baru terbarukan nasional.
Bahkan secara global, perusahaan ini menempati peringkat ketiga dunia dalam hal kapasitas terpasang. Dalam operasionalnya, Star Energy juga menjalin kemitraan strategis dengan dua BUMN energi, yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), untuk mengelola aset-aset panas bumi nasional.
Dalam keterangan resminya, Star Energy menjelaskan, perusahaan saat ini mengoperasikan tiga aset panas bumi utama:
- Wayang Windu di Pangalengan, dengan kapasitas terpasang 230,5 MW,
- Salak di Sukabumi, dengan 201 MW kapasitas listrik dan 180 MW kapasitas penjualan uap,
- Darajat II di Garut, dengan kapasitas listrik 219,5 MW dan 55 MW kapasitas uap.
Langkah ekspansi terbaru dilakukan lewat lima proyek besar di wilayah Salak dan Wayang Windu, dengan total investasi mencapai USD365 juta. Proyek-proyek tersebut terdiri dari tiga pengembangan pembangkit baru dan dua proyek retrofitting yang diperkirakan akan menambah kapasitas sebesar 112 MW.
Rincian proyek baru Star Energy adalah sebagai berikut:
- Salak Binary (16,6 MW) yang telah resmi Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2025,
- Wayang Windu Unit 3 (30 MW) dengan target COD Desember 2026,
- Salak Unit 7 (40 MW) juga ditargetkan COD pada Desember 2026.
Sedangkan dua proyek retrofitting mencakup:
- Salak Unit 4, 5, 6 (7,2 MW, COD Agustus 2025),
- Wayang Windu Unit 1 & 2 (18,4 MW, COD Januari 2026).
Kelima proyek ini mengusung teknologi mutakhir, seperti binary cycle yang memanfaatkan brine atau sisa panas untuk menghasilkan listrik, serta desain turbin tiga dimensi dan sistem kontrol terintegrasi guna meningkatkan efisiensi operasional.