Berikut adalah bagaimana beberapa pasar Asia diposisikan dalam menghadapi kenaikan harga energi:
1. Indonesia dan Malaysia
Indonesia dan Malaysia adalah dua pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, status yang telah membantu menarik investor di tengah penurunan saham global. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah bertahan, sementara rupiah adalah satu-satunya pemenang di antara mata uang Asia sejak invasi Ukraina.
Sedangkan Ringgit yang tangguh telah mendukung arus masuk asing ke saham Malaysia. Turun sedikit lebih dari 1 persen sejak 23 Februari, patokan ekuitas lokal bernasib lebih baik daripada pasar regional.
Wai Ho Leong, ahli strategi di Modular Asset Management di Singapura mengatakan, ini adalah pelindung nilai inflasi klasik. “Saya akan mencari aset Malaysia untuk dibeli dengan harga murah,” katanya, seraya menambahkan bahwa mata uang tersebut masih “secara fundamental undervalued.”
2. Australia
Australia adalah pemimpin dunia dalam memproduksi dan mengekspor logam dan mineral, termasuk batu bara, bijih besi dan emas. Menurut RBC Europe Ltd, minyak dan gas alam menyumbang lebih dari 15 persen pendapatan ekspor Australia.