IDXChannel - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) membukukan rugi bersih sebesar USD19,65 juta atau sekitar Rp303,12 miliar pada semester I-2023. Ini berbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perseroan mencetak laba sebesar USD33,42 juta.
Meski demikian, pendapatan perseroan mengalami kenaikan 172,07 persen menjadi USD350,97 juta atau Rp5,44 triliun, dari sebelumnya sebesar USD128,99 juta. Secara rinci, pendapatan segmen NPI tercatat sebesar USD298,77 juta dan segmen nikel matte mencatatkan pendapatan USD52,20 juta.
Namun, sejumlah beban MBMA turut mengalami kenaikan, di mana beban pokok pendapatan perseroan naik menjadi USD332,55 juta atau Rp5,16 triliun, dari sebelumnya sebesar USD107,13 juta.
Beban usaha perseroan juga naik menjadi USD60.811 atau Rp943,78 juta, serta beban umum dan administrasi naik menjadi USD17,43 juta atau Rp270,64 miliar.
Total nilai aset MBMA hingga akhir Juni 2023 tercatat sebesar USD3,05 miliar atau Rp47,33 triliun, tumbuh 25,95 persen dari posisi akhir Desember 2022 sebesar USD2,42 miliar. Adapun, liabilitas perseroan tercatat sebesar USD944,03 juta dan ekuitas sebesar USD2,10 miliar.
Awal pekan ini, perseroan telah menandatangani perjanjian definitif dengan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh GEM Co., Ltd (GEM) untuk membangun pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL). Pabrik ini nantinya memiliki kapasitas 30 ribu ton nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun.
Manajemen MBMA menjelaskan, pabrik HPAL tersebut akan dibangun di Kawasan Industri Morowali atau Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang lokasinya berdekatan dengan pabrik pengolahan HPAL PT QMB New Energy Materials (QMB).
PT QMB New Energy Materials sendiri merupakan gabungan perusahaan ventura yang dikendalikan oleh GEM dengan kapasitas saat ini sebesar 30 ribu ton per jumlah nikel yang terkandung dalam MHP, yang sudah beroperasi sejak 2022 lalu.
“Perusahaan patungan HPAL nantinya akan dibangun dan dioperasikan di bawah naungan PT ESG New Energy Material. Adapun, kepemilikan MBMA atas pabrik pengolahan HPAL nanti adalah sebesar 55 persen, dan 45 persen lainnya dimiliki oleh GEM,” kata manajemen MBMA dalam keterangan resminya, Senin (25/9/2023).
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani, GEM akan memandu desain, konstruksi, dan pengoperasian pabrik pengolahan HPAL, dan MBMA akan memimpin dalam mendapatkan relevansi perizinan, persetujuan, insentif pemerintah Indonesia, serta pengaturan pembiayaan proyek, dengan dukungan dari GEM.
GEM akan membangun dan menugaskan pabrik pengolahan HPAL dalam dua tahap secara turn-key. Tahap pertama akan memiliki kapasitas sebesar 20 ribu ton nikel dalam MHP per tahun. Sementara, tahap kedua kapasitas akan naik menjadi 30 ribu ton nikel dalam MHP per tahun.
Adapun, tanggal komisioning tahap satu ditargetkan pada 2024, semantara tahap kedua ditargetkan pada pertengahan 2025. Total investasi konstruksi gabungan untuk kedua tahap adalah dibatasi hingga USD600 juta atau Rp9,24 triliun, dengan jaminan biaya konstruksi yang diberikan oleh GEM.
“Pabrik ini akan melakukan pengadaan dan pengolahan bijih nikel laterit secara komersial dari tambang SCM miliki MBMA, berdasarkan perjanjian pasokan bijih untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal komisioning," ujar manajemen MBMA.
"Sedangkan, pabrik persiapan bijih akan dibangun di tambang SCM untuk memfasilitasi pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan di IMIP,” lanjutnya.
(RNA)