Pada 2024, misalnya, PTMP berhasil membukukan penjualan neto Rp192,3 miliar, naik 25,69 persen dari realisasi pada 2023 sebesar Rp152,99 miliar. Hal ini meneruskan tren pendapatan PTMP yang terus bertumbuh, Rp101,61 miliar pada 2020, menjadi Rp119,33 miliar pada 2021, dan kembali meningkat jadi Rp136,03 miliar pada 2022.
Ardi menjelaskan, penjualan pada 2024 lalu ditopang oleh consumable dan suku cadang Rp159,02 miliar, mesin Rp20,08 miliar, pendapatan sewa Rp4,90 miliar, pendapatan teknik Rp826,75 juta, dan penjualan lain-lain Rp7,45 miliar.
"Pelanggan besar PTMP berasal dari berbagai industri, seperti makanan olahan, minuman, petrokimia, kosmetik, hingga kesehatan dan farmasi," ujar Ardi.
Secara umum, Ardi meyakini prospek usaha industri kemasan di tahun 2025 diperkirakan akan terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor makanan dan minuman, farmasi, serta barang konsumen lainnya.
Tren keberlanjutan (sustainability) yang semakin kuat di kalangan pelanggan dan perusahaan
juga akan mendorong perkembangan kemasan ramah lingkungan, seperti kemasan berbahan dasar biodegradable atau yang dapat didaur ulang.
"Dengan adanya perkembangan teknologi kemasan pintar dan otomatisasi proses produksi, industri kemasan akan semakin efisien dan mampu menawarkan produk dengan fitur yang lebih canggih, seperti pelacakan dan keamanan produk," ujar Ardi.
(taufan sukma)