Lebih lanjut, masih mengutip Pefindo, di tengah situasi yang tidak menguntungkan ini, WOOD juga menghadapi peningkatan risiko pembayaran atas Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I/2021 Seri B senilai Rp97,5 miliar dan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I/2021 Seri B senilai Rp407,82 miliar yang keduanya akan jatuh tempo pada 14 April 2024.
WOOD sendiri berencana melunasi surat utang terkait dari hasil penagihan piutang dan sumber pendanaan eksternal lainnya. Per 30 September 2023, perusahaan memiliki kas setara senilai Rp130,67 miliar dan fasilitas kredit dari beberapa bank yang belum digunakan senilai Rp632,3 miliar.
Pefindo menjelaskan, peringkat mencerminkan posisi pasar Perusahaan yang kuat dalam bisnis manufaktur furnitur kayu, penawaran produk berbasis kayu yang terdiversifikasi dengan baik, dan marjin profit yang stabil.
Peringkat tersebut dibatasi oleh profil keuangan yang moderat, serta paparan atas kompetisi yang ketat dan fluktuasi ekonomi AS.
Peringkat dapat diturunkan jika WOOD tidak mampu secara tepat waktu menunjukkan kesiapan sumber dana untuk pelunasan efek utang yang akan jatuh tempo.