Selain itu, outlook peringkat WOOD direvisi menjadi Negatif dari stabil.
“Aksi pemeringkatan ini mencerminkan pandangan kami terhadap kinerja penjualan Perusahaan yang masih lemah dalam jangka pendek hingga menengah, yang disebabkan oleh penurunan permintaan di Amerika Serikat (AS), yang merupakan penyumbang yang dominan dalam pendapatan Perusahaan,” jelas Pefindo, dikutip IDXChannel, Selasa (19/12).
Hal tersebut, jelas Pefindo mengakibatkan panjangnya perputaran persediaan WOOD yang dapat menghambat laju deleveraging dalam jangka pendek hingga menengah.
WOOD memang mengandalkan ekspor untuk menopang pendapatan perusahaan. Selama periode 9 bulan 2023 atau per akhir kuartal III-2023, WOOD membukukan pendapatan bersih Rp1,71 triliun, turun tajam 56,22 persen secara tahunan (year on year).
Porsi ekspor mencapai 95,67 persen dari total penjualan bersih WOOD selama 9 bulan 2023. Sementara, pertumbuhan penjualan ekspor memang tercatat negatif, yakni minus 56,15 persen yoy dibandingkan tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tidak hanya top line yang tertekan, bottom line alias laba bersih WOOD juga turun tajam, yakni minus 81,24 persen yoy menjadi Rp59,45 miliar per akhir kuartal III-2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp300,83 miliar.